Menurut Fakuara (1987) menyatakan hutan kota adalah
tumbuhan tegakan berkayu di wilayah perkotaan yang memberi manfaat lingkungan
yang sebesar-besarnya dalam kegunaan proteksi, rekreasi dan estetika
lingkungan. Hal senada juga diungkapkan Samsoedin dan Subandiono (2006)
mengenai pengertian hutan kota yakni merupakan pepohonan yang berdiri sendiri
atau berkelompok atau tegakan berkayu di kawasan perkotaan yang pada dasarnya
memberikan dua manfaat pokok bagi masyarakat dan lingkungannya, yaitu manfaat
konservasi dan manfaat estetika. Sedangkan menurut Irwan (1997) mengemukakan
bahwa hutan kota adalah komunitas tegakan berupa pohon dan asosianya yang
tumbuh dilahan kota atau sekitar kota baik berbentuk jalur menyebar atau bergerombol
(menumpuk) dengan struktur meniru (menyerupai) hutan alam, membentuk habitat
yang memungkinkan kehidupan bagi satwa dan menimbulkan lingkungan sehat,
nyaman, dan estetis.
Adapun di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 63 Tahun 2002 tentang hutan kota, disebutkan bahwa hutan kota adalah
suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di
dalam wilayah Perkotaan, baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang
ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang.
Hutan kota (urban forest) adalah suatu lahan yang
bertumbuhan pohon-pohonan di wilayah perkotaan,
berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam hal pengaturan tata air,
udara, habitat flora dan fauna, yang memiliki
nilai estetika dan dengan luasan yang solid merupakan ruang terbuka
hijau pohon-pohonan
Hutan kota adalah
pepohonan dan hutan di dalam kota / sekitar kota yang berguna dan
berpotensi sebagai pengelola lingkungan perkotaan oleh tumbuhan. dalam hal
ameliorasi iklim, rekreasi, estetika, fisiologi, sosial, dan kesejahteraan
ekonomi masyrakat kota.
Fungsi dari hutan kota itu
sendiri adalah sebagai berikut:
(1)
mencegah kadar emisi gas dan
partikulat di lingkungan atmosfer agar tidak melampaui baku mutu
(2)
meningkatkan kemampuan lingkungan
atmosfer untuk mendaur ulang emisi gas dan partikulat dan
(3)
mensosialisaikan tentang bahaya
dan resiko akibat emisi gas dan partikulat yang melampaui baku mutu.
Pada pembahasan ini, kami
membahas tentang tumbuhan tegakan yang berada di hutan kota tepatnya di Hutan
Kota Malabar yang bertempat di Jalan Malabar, arah
timur dari gereja Jalan Ijen, Malang. Hutan Kota ini luasnya adalah 16.718m2.Penelitian
ini dilakukan pada hari Rabu, 14 Maret 2012. Tumbuhan yang kami temukan di
Hutan Kota tersebut antara lain sebagai berikut:
A. Sukun(Artocarpus communis Forst)
Tanaman
sukun baik dikembangkan di dataran rendah hingga ketinggian 1200 mdpl yang bertipe iklim basah. Curah hujan
antara 2.000-3.000 mm per tahun. Tanah aluvial yang mengandung banyak bahan organik disenangi
oleh tanaman sukun. Derajat keasaman tanah sekitar 6-7.Tanaman sukun relatif
toleran terhadap pH rendah, relatif tahan kekeringan, dan tahan naungan.
Tanaman sukun masih mampu tumbuh dan berbuah pada tempat yang mengandung batu
karang dan kadar garam agak tinggi serta sering tergenang air (Pitojo, 1999).
Sukun dapat tumbuh dan
dibudidayakan pada berbagai jenis tanahmulai dari tepi pantai sampai pada lahan
dengan ketinggian kurang lebih 600 m dari permukaan laut.Sukun juga toleran
terhadap curah hujan yang sedikit maupun curah hujan yang tinggi antara 80 -
100 inchi per pertahun dengan kelembaban 60 - 80%, namun lebih sesuai pada
daerah-daerah yang cukup banyak mendapat penyinaran matahari. Tanaman
sukun tumbuh baik
di tempat yang
lembab panas, dengan
temperatur antara 15 - 38 °C. Tanaman ini berhabitus perdu dengan tinggi pohon 10-25
m.
Daunnya lebar, bercanggap menjari, dan berbulu kasar
Kedudukan daun mendatar, melebar dan menghadap ke atas. Tunggal, tersebar,
panjang 40 – 60 cm, lebar 30 – 35 cm, tepi bertoreh, ujung meruncing,
pangkal membulat, pertulangan menjari, daging daun tebal, permukaan licin,
tulang daun menonjol, permukaan atas berbulu, hijau, tangkai bulat,
panjang 3 – 4 cm, hijau.
Batangnya tegak, berkayu, bulat, membentuk
percabangan simpodial, dan
berwarna coklat. Kayunya lunak dan kulit kayu berserat kasar. Pohon
sukun bertajuk rimbun dengan percabangan
melebar ke samping dan tingginya dapat mencapai 10-20 meter, kulit batangnya
hijau kecoklatan (Dephut,1998). Pohon sukun membentuk percabangan sejak
ketinggian 1,5 meter dari tanah. Tekstur kulitnya sedang. Dahan pohon sukun
yang dipangkas akan cepat membentuk cabang kembali (Pitojo, 1999).
Bunga
sukun berkelamin tunggal (bunga betina dan bunga jantan terpisah), tetapi
berumah satu.Bunganya keluar dari ketiak daun pada ujung cabang dan
ranting.Bunga jantan berbentuk tongkat panjang yang disebut ontel.Bunga betina
berbentuk bulat bertangkai pendek (babal) seperti pada nangka (Dephut, 1998).berumah
satu, bunga jantan dan betina terdapat pada tongkol yang berbeda. Bunga jantan
berbentuk kecil memanjang dan bunga betina berbentuk bulat sampai bulat
panjang.Pada saat muda bunga berwarna hijau dan kekuningan pada saat tua. Umur bunga jantan dan betina relatif pendek, bunga
jantan 25 hari dan bunga betina ± 90 hari, letaknya bunga jantan atau betina
berada di atas pangkal daun.
Buah berbentuk bulat sampai sedikit agak lonjong. Buah muda
berkulit kasar dan berkulit halus pada saat tua serta berwarna hijau
kekuningan.Beratnya dapat mencapai 4 kg/buah. Daging buah berwarna
putih cenderung krem dan rasanya agak manis dan memiliki aroma spesifik, tidak
berbiji sehingga perbanyakannya dengan cara stek dan sambung. Kulit buah
menonjol rata sehingga tampak tidak
jelas yang merupakan bekas putik dari bunga sinkarpik (Dephut, 1998).
Buah muda berkulit kasar dan
buah tua berkulit
halus. Daging buah
berwarna putih agak
krem, teksturnya kompak dan
berserat halus. Rasanya
agak manis dan
memiliki aroma yang spesifik.
Berat buah sukun dapat mencapat 1 kg per buah. Pembentukan buah sukun tidak
didahului dengan proses pembuahan bakal biji (parthenocarphy), maka buah sukun
tidak memiliki biji. Buah sukun akan menjadi tua setelah tiga bulan sejak munculnya
bunga betina. Buah yang muncul awal akan menjadi tua lebih dahulu, kemudian
diikuti oleh buah berikutnya. Bijinya
berbentuk lonjong, pipih, dan
berwarna coklat.
Akar tanaman sukumempunyai akar
tunggang yang dalam dan akar samping
dangkal. Akar samping dapat tumbuh tunas yang sering digunakan untuk
bibitPerakaran sukun dapat diikuti
dengan baik sejak di persemaian. Setelah bibit sukun ditanam di lapangan, akar akan tumbuh dari stek akar,
kemudian membesar bulat dan manjang, diikuti dengan ranting-ranting akar yang
mengecil, disertai adanya rambut-rambut akar. Letak akar masuk ke dalam tanah,
ada pula yang tumbuh mendatar dan sering tersembul di permukaan tanah.Panjang
akar dapat mencapai 6 meter.Warna kulit akar coklat kemerahan.Tekstur kulit
akar sedang, mudah terluka dan mudah mengeluarkan getah. Apabila akar terpotong
atau terluka akan memacu tumbuhnya pertunasan (Pitojo, 1999).
Tanaman
sukun memiliki banyak kegunaan, antara lain buah sukun yang merupakan hasil
utama dimanfaatkan sebagai bahan makanan, diolah menjadi berbagai macam
makanan, misalnya getuk sukun, klepon sukun, stik sukun, keripik sukun dan
sebagainya. Batang pohon (kayu) sukun dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan
maupun dibuat papan kayu yang kemudian dikilapkan (Dephut, 1998).
Buahnya dapat digunakan
sebagai bahan makanan, dapat di ramu sebagai obat. Bunganya
dapat menyembuhkan sakit gigi.Dannya selain untuk pakan ternak, juga dapat
diramu menjadi obat. Di India bagian
barat, ramuan daunnya
dipercaya dapat menurunkan
tekanan darah dan meringankan
asma. Daun yang
dihancurkan diletakkan di
lidah untuk mengobati ariawan.
Juice daun digunakan untuk obat tetes telinga. Abu daun digunakan untuk
infeksi kulit. Bubuk
dari daun yang
dipanggang digunakan untuk
mngobati limpa yang membengkak. Getah
tanaman digunakan untuk
mengobati penyakit kulit.
Getah yang ditambah air
jika diminum dapat
mengobati diare. Di
Caribia sebagai bahan membuat permen karet.Kayu sukun
tidak terlalu keras
tapi kuat, elastis
dan tahan rayap, digunakan sebagai bahan bangunan
antara lain mebel, partisi interior, papan selancar dan peralatan rumah tangga
lainnya.serat kulit kayu bagian dalam dari tanaman muda dan ranting dapat
digunakan sebagai material serat pakaian. Di Malaysia digunakan sebagai mode
pakaian.
B. Jati Belanda (Guazuma ulmifolia)
Tumbuhan ini tumbuh liar di hutan pada ketinggian
700-1200 dpl.Tanaman ini berhabitus perdu, tinggi lebih kurang 10 meter.Batang
keras, bulat, permukaan kasar, banyak alur, berkayu, bercabang, warna hijau
keputih-putihan.Daun tunggal, bulat telur, permukaan kasar, tepi bergerigi,
ujung runcing, pangkal berlekuk, pertulangan menyirip, warna hijau.Bunga
tunggal, bulat di ketiak daun, warna hijau muda.Buah kotak, bulat, keras,
permukaan berduri, warna hitam.
Daun tunggal berbentuk bulat telur
sampai lanset, panjang helai daun 4- 22,5 cm, lebar 2-10 cm,
pangkal daun menyerong
berbentuk jantung yang
kadang-kadang tidak
setangkup, bagian ujung
meruncing dan tajam,
permukan daun bagian
atas berambut jarang, permukaan bagian bawah berambut
rapat, permukan kasar; panjang tangkai daun 5-25 mm,
mempunyai daun penumpu
berbentuk lanset atau
berbentuk paku, panjang
3-6 mm, tepi atau pinggir
daun bergerigi, ujung
runcing, pangkal berlekuk,
pertulanganmenyirip,
berseling, serta berwarna
hijau kecoklatan sampai
coklat muda. Daun
majemuknya berseling dan berbentuk menjari. Daun memiliki stipula (daun
penumpu) namun biasanya gugur awal.Akarnya merupakan akar tunggang.
Perbungaan berupa
mayang terletak di
ketiak daun, panjang
2-4 cm, berbunga banyak, bentuk bunga bulat agak
ramping dan berbau wangi; panjang gagang bunga lebih kurang 5 mm;
kelopak bunga lebih
kurang 3 mm;
mahkota bunga berwarna
kuning, panjang 3-4
mm; tajuk terbagi
dalam 2 bagian,
berwarna ungu tua
kadang-kadang kuning tua, panjang
3-4 mm, bagian
bawah berbentuk garis,
panjang 2-2,5 mm; tabung benang sari berbentuk mangkuk,
tangkai 1-1,5 cm, hijau muda.
Buahnya berbentuk kotak, bulat, keras, permukaan berduri bakal
buah berambut, panjang buah 2 cm sampai
3,5 cm. Buah
yang belum masak
berwarna hijau dan
yang telah masak
berwarna hitam. Banyak dihasilkan ketika musim penghujan. Bijinya Kecil, keras,
diameter ± 2 mm, berwarna coklat muda
Secara tradisonal,
daun jati belanda
berkhasiat sebagai obat
pelangsing tubuh dan
menurunkan kadar lemak tubuh. Buah atau daun jati belanda
membantu pengobatan diare, batuk, dan nyeri perut.Bijinya dapat digunakan
sebagai obat sakit perut, obat mencret dan kembung serta buahnya dapat
digunakan sebagai obat batuk.Selain itu, dekok kulit batang dapat digunakan
sebagai obat malaria, diare dan sifilis. Kulit batang Jati belanda membantu
pengobatan diaforetik, bengkak
kaki, Jati belanda
juga dapat digunakan
untuk mengobati influenza
(flu), pilek, disentri, luka dan
patah tulang. Ekstrak dari daunnya dapat menekan pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus,Shigella dysenteria, dan Bacillus subtilis secara in vitro.
Penelitian Yusuf Husni, 1986.
Fakultas Farmasi, UNAIR. Telah melakukan penelitian pengaruh pemberian daun
Jati belanda terhadap kadar kreatin dan urea pada serum darah kelinci. Dari
hasil penelitian tersebut, ternyata pemberian daun Jati belanda selama 2 bulan
tidak menaikkan kadar kreatin dan urea. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar
untuk mengetahui ada tidaknya kelainan fungsi ginjal setelah pemberian Jati
belanda. Subandrio Joko Semedi, 1987. Fakilltas Farmasi, UNAIR. Telah melakukan
penelitian pengaruh pemberian seduhan daun Jati belanda terhadap aktivitas
enzim SGOT, SGPT, dan SGGT.Dari hasil penelitian tersebut, ternyata pemberian
seduhan daun Jati belanda selama 1 bulan tidak berpengaruh terhadap aktivitas
enzim SGOT, SGPT, dan SGGT.Hal ini dapat digunakan sebagai dasar untuk
mengetahui ada tidaknya kelainan fungsi hati setelah pemberian Jati belanda.
Lies Andarini, 1987.Jurusan Biologi, FMIPA UNAIR. Telah melakukan penelitian
pengaruh pemberian infus daun Jati belanda terhadap berat badan mencit. Dari
hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian infus daun Jati belanda 5 %, 10 %,
15 %, dan 20%, masing-masing sebanyak 0,5 ml dapat menurunkan berat badan
mencit. Pemberian infus daun Jati belanda 15% dan 20%, masing-masing 0,5 ml
dapat menurunkan jumlah makanan mencit.
C. Soka (Ixora coccinea L.)
Di Indonesia tanaman soka (Ixora
sp.) merupakan tanaman hias yang cukup populer dikalangan penghobi tanaman
hias.Selain unik, bentuk dan jenisnya pun beragam.Ada yang asli berasal dari
dalam negeri yaitu soka Jawa (Ixora javanica), ada pula yang berasal
dari luar negeri seperti India dan China, dan sekarang telah hadir tanaman soka
baru yang disebut soka hibrida.Selain jenisnya beragam, tanaman hias ini
mempunyai berbagai keuntungan, artinya tidak hanya untuk tanaman indoor saja
seperti mengisi sudut-sudut rumah, namun juga bisa untuk tanaman outdoor
terutama untuk pembatas pagar.Dengan perawatan yang teratur, tanaman ini bisa
bertahan sampai beberapa tahun.Tanaman ini berasal dari daerah Asia
Tropis.Bahkan disinyalir ada yang menyebutkan berasal dari negara
Indonesia.Namun sejauh ini belum teruji kebenarannya, yang pasti dengan
ditemukannya jenis bunga soka kuno yaitu Ixora javanica di pulau Jawa
telah cukup menjadikannya alasan mengapa tanaman tersebut berasal dari negara
kita.Dugaan kuat mengenai asal usul tanaman ini lebih cenderung kepada negara
India dan China, dimana di dua negera tersebut memiliki beragam jenis tanaman
Soka.
Tanaman
soka merupakan tanaman yang menghendaki penyinaran matahari penuh teruatama
untuk merangsang pembungaan.Meskipun jenisnya cukup beragam, secara umum bentuk
morfologis tanaman terutama bagian bunganya tidak berbeda jauh yaitu tersusun
atas beberapa bunga kecil yang masing-masing memiliki empat petal mahkota dalam
satu tangkai mirip payung terbuka. Bunga soka yang masih kuncup
mirip jarum sehingga akan terkesan gundukan jarum berwarna merah disaat belum
mekar. Warna kelopak bunga ada yang merah, merah muda, ungu , putih dan kuning.
Namun di Indonesia jumlah soka berwarna merah lebih banyak dibandingkan
lainnya.Berbeda dengan bentuk bunganya, penampilan batang dan daun bunga soka
bisa bermacam-macam.Ada yang lebar, ada yang sempit, ada juga yang medium
tergantung asalnya.Soka Jawa lebih condong berdaun lebar dengan tandan bunga
ramping dan kuntum bunganya berwarna merah.
Dengan
penampilan bunganya yang memancar seperti kembang api dan hidup di hutan-hutan
liar, tidaklah mengherankan bila orang-orang Eropa menjulukinya dengan flame of
the wood atau api dari hutan. Mungkin karena penampilannya yang menarik
tersebut mengundang orang untuk membawanya ke rumah dan memeliharanya sebagai tanaman hias.
Tumbuhan ini
berhabitus perdu Perdu dengan banyak batang, tinggi
lebih dari 3 m, gundul. Batangnya tegak, berkayu, bulat, percabangan
simpodial, putih kotor. Daunnya membundar telur
sampai lonjong atau membundar telur sungsang, tunggal, saling
berhadapan, 3,5-10 cm x 2-5 cm, menjangat,
pertulangan menyirip, pangkal semi menjantung atau membulat, ujung menumpul
atau sedikit melancip, bertusuk, dengan 8-15 vena sekunder, tidak ada tangkai
atau pendek, penumpu bertugi panjang. Pembungaan duduk, majemuk, berkelamin
dua, berbentuk menggundung yang padat, bunga dengan cuping kelopak yang
berbentuk segitiga, panjang sekitar 3 mm, meruncing, merah, panjang tabung
mahkota 3-4,5 cm, bentuk cuping melanset atau bundar telur-melanset, panjang
1-1,5 cm, meruncing, jingga sampai merah tua atau putih, kuning atau merah muda
(kebanyakan pada tanaman yang dikultivasi), tidak berbau, panjang tangkai putik
3-4 mm menjulur, merah; buah membulat, ukurannya sebesar kacang polong,
kemerahan, berdaging. Ixora coccinea dikultivasi di dataran rendah, namun juga
dikultivasi di daerah ketinggian.Bijinya berbentuk pipih, lonjong, dan
berwarna putih. Akarnya merupakan akar tunggang dan berwarna coklat.
Kulit
batang dan akar Ixora coccinea berkhasiat sebagai obat luka baruUntuk obat luka
baru dipakai ± 5 gram kulit batang atau akar kering Ixora coccinea, dicuci dan
ditumbuk sampai lumat, ditambah 1/4 gelas air matangkemudian diperas dan
disaring. Hasil saringan dioleskan pada luka.
D. Nangka (Artocarpus heterophyllus)
Nangka
tumbuh dengan baik di iklim tropis sampai dengan lintang 25˚ utara maupun
selatan, walaupun diketahui pula masih dapat berbuah hingga lintang 30˚.Tanaman
ini menyukai wilayah dengan curah hujan lebih dari 1500 mm pertahun di mana
musim keringnya tidak terlalu keras.Nangka kurang toleran terhadap udara
dingin, kekeringan dan penggenangan.
Tumbuhan
ini berhabitus perdu dan memiliki tinggi 10-15 m. batangnya tegak, berkayu, bulat, kasar, dan berwarna hijau
kecoklatan. DaunArtocarpus heterophyllus berbentuk
bulat telur dan panjang, tepinya rata, tumbuh secara berselang-seling, dan
bertangkai pendek, permukaan atas daun berwarna hijau tua mengkilap, kaku, dan
permukaan bawah daun berwarna hijau muda.Daunnya tunggal, memiliki tulang daun
yang menyirip, daging daun tebal, tepi rata, ujung runcing, panjang 5-15 cm,
lebar 4-5 cm, tangkai panjang ± 2 cm, dan berwarna hijau.Sistem perakarannya merupakan sistem
akar tunggang.
Bunganya
berukuran kecil, tumbuh berkelompok secara rapat tersusun dalam tandan, bunga
muncul dari ketiak cabang atau pada cabang-cabang besar, berwarna kuning, bunga jantan dan betina terdapat dalam sepohon
(Rukmana, 1998).
Khasiat kayu pada tumbuhan nangka
yaitu sebagai anti spasmodik dan
sedativ, daging buah sebagai ekspektoran, daun muda sebagai pakan ternak. Getah
kulit kayu juga telah digunakan sebagai obat demam, obat cacing dan sebagai
antiinflamasi.Pohon nangka dapat dimanfaatkan sebagai obat
tradisional.Kandungan kimia dalam kayu adalah morin, sianomaklurin (zat samak),
flavon, dan tanin. Selain itu, di kulit kayunya juga terdapat senyawa flavonoid
yang baru, yakni morusin, artonin E, artokarpin, sikloartobilosanton, dan
artonol B. Bioaktivitas senyawa flavonoid tersebut terbukti secara empirik
sebagai antikanker, antivirus, antiinflamasi, diuretik dan antihipertensi
(Ersam, 2001).
Menurut
Kristio (2007), beberapa manfaat nangka adalah sebagai berikut:
a.
Daging buah
nangka muda (tewel)
dimanfaatkan sebagai makanan
sayuran yang mengandung albuminoid dan karbohidrat.
b.
Biji
nangka dapat digunakan sebagai obat batuk dan tonik.
c.
Tepung
biji nangka digunakan sebagai bahan baku industri makanan (bahan makanan
campuran).
d.
Daun
muda dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
e.
Kayu
nangka dianggap lebih unggul daripada jati untuk pembuatan
meubel,konstruksi bangunan, tiang
kapal, tiang kuda,
kandang sapi (di
Priangan), dayung, perkakas, dan alat musik.
f.
Pohon nangka
dapat dimanfaatkan sebagai
obat tradisional seperti
akarnya dapat membantu sebagai obat demam dan malaria, daunnya dapat
mengobati bisul, bijinya dapat mengobati diare, serta getah kulit kayu
digunakan sebagai obat demam, obat cacing, dan sebagai antiinflamasi.
Artocarpus adalah
salah satu genus
dari famili Moraceae
yang kaya akan flavonoid, khususnya
flavonoid terprenilasi dengan
kerangka dan bioaktivitas yang beragam (Erwin, 2006).
Daun Artocarpus heterophyllus
mengandung saponin, flavonoid, dan tanin. Getahnya mengandung asam serotat,
sedangkan buahnya yang masih muda dan
akarnya mengandung saponin
dan polifenol. Kayunya
mengandung morin,
sianomaklurin (zat samak),
flavon, dan tanin.
Selain itu, dikulit
kayunya juga terdapat senyawa
flavonoid yang baru,
yakni morusin, artonin
Esikloartobilosanton, dan artonol
B. Bioaktivitasnya terbukti
secara empirik sebagai antikanker,
antivirus, antiinflamasi, diuretil,
dan antihipertensi
(Syamsuhidayat, 1991).
Pada penelitian
Arung, dkk, (2006),
getah kayu tanaman
Artocarpus heterophyllus
mengandung Artocarpanone yang
berpotensi sebagai inhibitor tirosinase dan antioksidan sehingga
dapat berfungsi sebagai antihiperpigmentasi.
E. Mahoni (Swietenia mahagoni)
Mahoni tumbuh liar di hutan jati
dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai, atau di tepi jalan sebagai
pohon pelindung. Tanaman asal Hindia Barat ini, tumbuh subur di pasir payau
dekat pantai.pohon, tahunan, tinggi 5-25 m, berakar tunggang, batangnya bulat,
banyak bercabang, dan kayunya bergetah. Daunnya majemuk menyirip genap, helaian
daun bentuknya bulat telur, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, tulang
menyirip, panjang 3-15 cm. Daun muda berwarna merah, setelah tua warnanya
hijau. Bunganya bunga majemuk tersusun dalam karangan yang keluar dari ketiak
daun. Ibu tangkai bunga silindiris, warnanya coklat muda. Kelopak bunga lepas
satu sama lain, bentuknya seperti sendok, warnanya hijau. Mahkotanya silindris,
kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala sari putih, kuning
kecoklatan. Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun. Buahnya kotak, bulat
telur, berlekuk lima, warnanya coklat. Biji pipih, warnanya hitam atau coklat.
Mahoni merupakan penghasil kayukeras dan digunakan untuk keperluan perabot
rumah tangga serta barang ukiran. Perbanyakan dengan biji (Arisandi, 2008).
Tanaman mahoni merupakan tanaman
tropis dan banyak ditemukan tumbuh liar dihutan jati serta didekat
pantai.Tanaman ini menyukai tempat yang cukup sinar matahari langsung dan tahan
hidup ditanah gersang. Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan biji,cangkok
atau okulasi. Tanaman
ini tumbuh di daerah kering. Jenis ini secara alami dijumpai pada iklim dengan
curah hujan tahunan 580-800mm.Pohon mahoni selalu hijau sampai semi
hijau,tinggi mencapai30-35 m. Penyebarannya dengan biji,setelah umurnya antara
7-8 tahun mahoni sudah mulai berbunga.
Batangnya tegak, berkayu, ujung cabang berbulu, putih kotor. Kulit abu-abu dan halus ketika masih
muda,berubah menjadi coklat tua, membumbung (beralur) dan mengelupas setelah
tua.
Daunnya bertandan,licin,tidak
berbulu,panjang 12-15 cm majemuk menyirip dengan 2-4 pasang daun. Daun bulat
telur,ujung lancip,panjang 5-6 cm.lebar 2-3 cm hijau tua,licin ,tidak berbulu.
Majemuk, menyirip genap, bulat telur, ujung dan pangkal runcing,tepi
rata,panjang 3-15 cm, masih muda merah setelah
tua hijau.
Bunganya berkelamin
tunggal,kecil,putih,panjang 8-15 cm malai ramping. Benih berwarna coklat yang
panjangnya 4-5 cm. Majemuk, dalam karangan, di ketiak daun, ibu tangkai bunga
silindris,kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala sari.
Untuk tanaman mahoni yang digunakan
sebagai tanaman obat maka tidak boleh diberi pupuk anorganik maupun pestisida.
(www.dephut.org).
Menurut Anggota Sentra Pengembangan
Dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T) DKI Jakarta,dr Setiawan Dalimarta
,kandungan kimia mahoni ada dua macam yaitu Saponin dan Flavonoida yang sangat
baik untuk mengobati tekanan darah tinggi, kencing manis, reumatik, eksim,
demam, masuk angina, dan mengatasi orang yang tidak mempunyai nafsu makan.
Untuk kencing manis sebaiknya diminum 30 menit sebelum makan pagi, sebelum
makan siang dan sebelum makan malam. Sedang untuk masuk angin caranya sama
dengan kencing manis,reumatik. Bila menggunalan bubuk mahoni sebagai obat
otomatis nafsu makan bangkit. (www.suaramerdeka.com)
Kandungan Flavonoida berguna untuk melancarkan peredaran darah,terutama
untuk mencegah tersumbatnya saluran darah,mengurangi tingkat kolesterol,
mengurangi penimbunan lemak pada dinding saluran darah, membantu mengurangi
rasa sakit, pendarahan dan lebam, bertindak sebagai anti oksidan dan berfungsi
menyingkirkan radikal bebas.
Sedangkan Saponin berguna mencegah penyakit sampar,mengurangi lemak
badan, meningkatkan sistem kekebalan, mencegah pembekuan darah dan tingkat gula
dalam darah, serta fungsi hati dan memperlambat proses pembekuan darah.
F. Beringin (Ficus benjamina)
Beringin (Ficus
benjamina dan
beberapa jenis lain, suku ara-araan
atau Moraceae) sangat
akrab dengan budaya asli Indonesia.Tumbuhan ini berpohon besar dengan tinggi mencapai 20 - 25 meter, dengan tajuk
bulat.Tumbuhan berbentuk pohon besar ini sering
kali dianggap suci dan melindungi penduduk setempat.Sesaji sering diberikan di
bawah pohon beringin yang telah tua dan berukuran besar karena dianggap sebagai
tempat kekuatan magis berkumpul.Beberapa orang menganggap tempat di sekitar
pohon beringin adalah tempat yang “angker” dan perlu dijauhi.Batangnya tegak,
bulat, permukaan kasar, abu-abuan kehitaman,
percabangan simpodial. Keunikannya
adalah pada batang keluar
akar gantung (akar udara). Tumbuhan ini berakar tunggang dan akar napas. Daunnya tunggal,
bertangkai pendek, dengan
letak yang silang
berhadapan. Bentuk daun lonjong,
tepi rata, ujung
runcing, pangkal tumpul,
panjangnya 3 -
6 cm, lebar
2 - 4 cm,
pertulangan menyirip hijau.
Bunga tunggal, keluar
dari ketiak daun,
kelopak bentuk corong,
mahkota bulat, halus,
kuning kehijauan. Buah buni, bulat, panjang 0,5 - 1 cm, masih muda
hijau, setelah tua merah. Bijinya bulat, keras, putih. Merupakan pohon dengan potensi kanopinya yang
tinggi.
Akar udara mengandung asam amino,
fenol, gula, dan asam orange. Penyakit yang dapat diobati : pilek, demam
tinggi, radang amandel
(tonsilitis), nyeri rematik
sendi, luka terpukul
(memar), influenza, radang
saluran napas (bronchitis), batuk rejan
(pertusis), malaria, radang usus
akut (acute enteritis),
disentri, dan kejang
panas pada anak. Dewasa ini
beringin banyak digunakan dalam ramuan tradisional untuk pengobatan kanker.
G.
Akasia/Wangkal (Albizia procera)

Wangkal atau
akasia (Albizia procera) bersinonim dengan Acacia odoratissima Hassk;Akasia
procera (Roxb.) Willd.;Mimosa elata Roxb. ; Mimosa
procera Roxb. Akasia adalah
genus dari semak-semak dan pohon yang termasuk dalam subfamili Mimosoideae dari
famili Fabaceae, pertama kali diidentifikasi di Afrika oleh ahli botani Swedia Carl Linnaeus tahun 1773. Banyak spesies Akasia non-Australia
yang cenderung berduri, sedangkan mayoritas Akasia
Australia tidak.Akasia adalah tumbuhan polong, dengan getah
dan daunnya biasanya mempunyai bantalan tannin dalam jumlah besar.Akasia juga dikenal sebagai pohon duri, dalam bahasa Inggris disebut whistling thorns (duri bersiul) atau Wattles, atau yellow-fever acacia (akasia
demam kuning) dan Umbrella acacias (akasia payung).
Pohon dengan kanopi terbuka ini
tingginya bisa mencapai 25-28 m. Akarnya
tunggang dan berwarna kuning kecoklatan.Batangnya tegak,
berkayu, bulat, kasar, percabangan monopodial, dan berwarna putih kotor. Daunnya majemuk, berganda, berseling, lonjong, tepi
rata, ujung runcing, pangkal tumpul, panjang 3-4,5 cm, lebar 1,5-2 cm, pertulangan
menyirip, dan berwarna hijau. Bunganya majemuk,
berkelamin dua, di
ujung cabang dan
ketiak daun, tangkai
bulat, panjang ±
15 cm, kelopak bentuk tabling,
ujung bercangap, halus, kuning, benang sari silindris, panjang ± 5 mm, putih, kepala
sari pipih, kuning, putik bulat, panjang ± 3 mm, kepala putik bulat + 5 mm,
hijau, mahkota kuning, bentuk kupu-kupu, halus, kuning. Buahnya polong, lanset, panjang ± 23 cm, lebar -t- 2,5 cm, masih
muda hijau setelah tua merah. Bijinya kecil, coklat kehijauan, bentuk elips hingga bulat,
datar dan keras.Ada 20,000-24,000 biji per kilogram (Roshetko 1997), lonjong,
coklat.
Kulit batang
dan daun Albizzia
procera mengandung saponin,
flavonoida dan polifenol.Kulit batang
Albizzia procera berkhasiat sebagai obat sakit perut dan untuk menyamak
kulit, daunnya yang masih muda enak dimakan sebagai lalap.
Di
Filipina, daun dimasak
dimakan sebagai sayuran.
Dalam masa paceklik
kulit dapat dijadikan
tepung dan dimakan. Fodder: Di
Asia Selatan, Filipina, dan Australia, pakan ternak yang kaya protein A.
procera dimakan oleh sapi, kerbau, kambing, unta dan gajah. Daun mengandung 19,9% protein, 3,3% lemak,
39,7% karbohidrat, 1,51% kalsium, fosfor 0,3%, 31,9% serat dan 6.2% abu
(mineral). Kayunya terutama digunakan
untuk konstruksi, furnitur, veneer,
filling cabinet, lantai,
alat-alat pertanian, pencetakan,
gerobak, kereta, tebu
crushers, ukiran, perahu, dayung, minyak
dan beras pounders
menekan. Kayu Albizzia
procera resisten terhadap
beberapa jenis rayap, termasuk Bifiditermes
beesoni, Cryptotermes cynocephalus
dan Coptotermes curvignathus.
Kulit kayunya mengandung Tannin
atau Dyestuff yang dapat dijadikan untuk bahan penyamakan. Seluruh bagian dari
tanaman digunakan untuk mencegah aktivitas sel kanker (sebagai anti kanker).A.
procera umumnya digunakan dalam obat-obatan tradisional.Sebuah ramuan dari
kulit kayu diberikan untuk rematik dan pendarahan dan dianggap berguna dalam
mengobati masalah kehamilan dan untuk sakit perut. Di India, daun sebagai poulticed ke bisul.
kulit kayu yang ditumbuk digunakan
sebagai racun ikan,
dan daun-daun yang
dikenal memiliki piscicidal
insektisida dan properti.
H. Keres (Muntingia carabura)
Kersen
atau talok adalah nama sejenis pohon dan buahnya kecil dan manis. Di beberapa
daerah, seperti di Jakarta, buah ini juga dinamai ceri. Di Lumajang, anak-anak
menyebutnya baleci. Habitus tumbuhan ini perdu atau pohon kecil, tinggi sampai 12 m, meski umumnya hanya sekitar 3-6
m saja. Selalu hijau dan terus menerus
berbunga dan berbuah sepanjang tahun.Cabang-cabang mendatar, menggantung di
ujungnya; membentuk naungan yang rindang.Ranting-ranting berambut halus
bercampur dengan rambut kelenjar; demikian pula daunnya. Akarnya merupakan akar tunggang.
Daun-daun terletak mendatar,
berseling, helaian daun tidak simetris,
bundar telur lanset, tepinya bergerigi dan berujung runcing, 1-4 × 4-14 cm,
sisi bawah berambut kelabu rapat; bertangkai pendek. Daun penumpu yang sebelah
meruncing bentuk benang, lk. 0,5 cm, agak lama lalu mengering dan rontok,
sementara sebelah lagi rudimenter.
Bunga dalam berkas, berisi 1-3(-5) kuntum, terletak di ketiak
agak di sebelah atas tumbuhnya daun; bertangkai panjang; berkelamin dua dan berbilangan
5; kelopak berbagi dalam, taju meruncing bentuk benang, berambut halus; mahkota
bertepi rata, bundar telur terbalik, putih tipis, gundul, lk. 1 cm.Benang sari berjumlah banyak, 10 sampai lebih dari 100 helai. Bunga
yang mekar menonjol keluar, ke atas helai-helai daun; namun setelah menjadi
buah menggantung ke bawah, tersembunyi di bawah helai daun.Umumnya hanya
satu-dua bunga yang menjadi buah dalam tiap berkasnya.
Buah buni bertangkai
panjang, bulat hampir sempurna, diameter 1-1,5
cm, hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak, bermahkota sisa tangkai
putik yang tidak rontok serupa bintang hitam bersudut lima. Berisi beberapa
ribu biji yang kecil-kecil, halus, putih kekuningan; terbenam dalam daging dan
sari buah yang manis sekali.
Kayu kersen lunak dan
mudah kering, sangat berguna sebagai kayu bakar.Kulit kayunya yang mudah
dikupas digunakan sebagai bahan tali dan kain pembalut. Daunnya dapat dijadikan
semacam teh dan digunakan oleh masyarakat di Peru sebagai obat
tradisional sakit kepala dan anti radang, di Indonesia secara tradisional buah
kersen digunakan untuk mengobati asam urat dengan cara mengkonsumsi buah kersen
sebanyak 9 butir 3 kali sehari hal ini terbukti dapat mengurangi rasa nyeri
yang ditimbulkan dari penyakit asam urat. Buah kersen sangat digemari di
Meksiko, sehingga dijual dalam jumlah banyak di pasar-pasar tradisional, buah
kersen bisa juga diawetkan dan dibuat selai seperti di Srilangka.
Pohon
kersen khususnya berguna sebagai pohon peneduh di pinggir jalan.Pohon
kecil ini awalnya sering tumbuh sebagai semai liar di tepi jalan, selokan, atau
muncul di tengah retakan tembok lantai atau pagar, dan akhirnya tumbuh dengan
cepat –biasanya dibiarkan saja– membesar sebagai pohon naungan.Sebab itulah
pohon kersen acapkali ditemukan di wilayah perkotaan yang ramai dan padat, di
tepi trotoar dan lahan parkir, di tepi sungai yang tidak terurus atau di tempat-tempat
yang biasa kering berkepanjangan.
Karena
sifat-sifat dan daya tahannya itu, kersen menjadi salah satu tumbuhan pionir
yang paling banyak dijumpai di wilayah hunian manusia di daerah tropis. Berasal
dari Amerika tropis (Meksiko Selatan, Karibia, Amerika Tengah sampai ke Peru
dan Bolivia), kersen dibawa masuk ke Filipina pada akhir abad 19 Dan lalu
dengan cepat menyebar di seluruh wilayah tropis asia tenggara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar