Sabtu, 30 Juni 2012

TUMBUHAN TEGAKAN DI HUTAN KOTA


Menurut Fakuara (1987) menyatakan hutan kota adalah tumbuhan tegakan berkayu di wilayah perkotaan yang memberi manfaat lingkungan yang sebesar-besarnya dalam kegunaan proteksi, rekreasi dan estetika lingkungan. Hal senada juga diungkapkan Samsoedin dan Subandiono (2006) mengenai pengertian hutan kota yakni merupakan pepohonan yang berdiri sendiri atau berkelompok atau tegakan berkayu di kawasan perkotaan yang pada dasarnya memberikan dua manfaat pokok bagi masyarakat dan lingkungannya, yaitu manfaat konservasi dan manfaat estetika. Sedangkan menurut Irwan (1997) mengemukakan bahwa hutan kota adalah komunitas tegakan berupa pohon dan asosianya yang tumbuh dilahan kota atau sekitar kota baik berbentuk jalur menyebar atau bergerombol (menumpuk) dengan struktur meniru (menyerupai) hutan alam, membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi satwa dan menimbulkan lingkungan sehat, nyaman, dan estetis.
Adapun di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 tentang hutan kota, disebutkan bahwa hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah Perkotaan, baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang.
Hutan kota (urban forest) adalah suatu lahan yang bertumbuhan pohon-pohonan di wilayah perkotaan,  berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam hal pengaturan tata air, udara, habitat flora dan fauna, yang memiliki  nilai estetika dan dengan luasan yang solid merupakan ruang terbuka hijau pohon-pohonan
Hutan kota adalah  pepohonan dan hutan di dalam kota / sekitar kota yang berguna dan berpotensi sebagai pengelola lingkungan perkotaan oleh tumbuhan. dalam hal ameliorasi iklim, rekreasi, estetika, fisiologi, sosial, dan kesejahteraan ekonomi masyrakat kota.
Fungsi dari hutan kota itu sendiri adalah sebagai berikut:
(1)  mencegah kadar emisi gas dan partikulat di lingkungan atmosfer agar tidak melampaui  baku mutu
(2)  meningkatkan kemampuan lingkungan atmosfer untuk mendaur ulang  emisi  gas dan partikulat dan
(3)  mensosialisaikan tentang bahaya dan resiko akibat emisi gas dan partikulat yang melampaui baku mutu.
Pada pembahasan ini, kami membahas tentang tumbuhan tegakan yang berada di hutan kota tepatnya di Hutan Kota Malabar yang bertempat di Jalan Malabar, arah timur dari gereja Jalan Ijen, Malang. Hutan Kota ini luasnya adalah 16.718m2.Penelitian ini dilakukan pada hari Rabu, 14 Maret 2012. Tumbuhan yang kami temukan di Hutan Kota tersebut antara lain sebagai berikut:

A.  Sukun(Artocarpus communis Forst)
Tanaman sukun baik dikembangkan di dataran rendah hingga ketinggian 1200  mdpl yang bertipe iklim basah. Curah hujan antara 2.000-3.000 mm per tahun. Tanah aluvial yang  mengandung banyak bahan organik disenangi oleh tanaman sukun. Derajat keasaman tanah sekitar 6-7.Tanaman sukun relatif toleran terhadap pH rendah, relatif tahan kekeringan, dan tahan naungan. Tanaman sukun masih mampu tumbuh dan berbuah pada tempat yang mengandung batu karang dan kadar garam agak tinggi serta sering tergenang air (Pitojo, 1999).

Sukun dapat tumbuh dan dibudidayakan pada berbagai jenis tanahmulai dari tepi pantai sampai pada lahan dengan ketinggian kurang lebih 600 m dari permukaan laut.Sukun juga toleran terhadap curah hujan yang sedikit maupun curah hujan yang tinggi antara 80 - 100 inchi per pertahun dengan kelembaban 60 - 80%, namun lebih sesuai pada daerah-daerah yang cukup banyak mendapat penyinaran matahari.  Tanaman  sukun  tumbuh  baik  di  tempat  yang  lembab  panas,  dengan  temperatur antara 15 - 38 °C. Tanaman ini berhabitus perdu dengan tinggi pohon 10-25 m.
Daunnya lebar, bercanggap menjari, dan berbulu kasar Kedudukan daun mendatar, melebar dan menghadap ke atas. Tunggal, tersebar, panjang 40 – 60 cm, lebar 30 – 35 cm, tepi bertoreh, ujung meruncing, pangkal membulat, pertulangan menjari, daging daun tebal, permukaan licin, tulang daun menonjol, permukaan atas berbulu, hijau, tangkai bulat, panjang 3 – 4 cm, hijau.
Batangnya tegak, berkayu, bulat, membentuk percabangan simpodial, dan berwarna coklat. Kayunya lunak dan kulit kayu berserat kasar. Pohon sukun  bertajuk rimbun dengan percabangan melebar ke samping dan tingginya dapat mencapai 10-20 meter, kulit batangnya hijau kecoklatan (Dephut,1998). Pohon sukun membentuk percabangan sejak ketinggian 1,5 meter dari tanah. Tekstur kulitnya sedang. Dahan pohon sukun yang dipangkas akan cepat membentuk cabang kembali (Pitojo, 1999).
Bunga sukun berkelamin tunggal (bunga betina dan bunga jantan terpisah), tetapi berumah satu.Bunganya keluar dari ketiak daun pada ujung cabang dan ranting.Bunga jantan berbentuk tongkat panjang yang disebut ontel.Bunga betina berbentuk bulat bertangkai pendek (babal) seperti pada nangka (Dephut, 1998).berumah satu, bunga jantan dan betina terdapat pada tongkol yang berbeda. Bunga jantan berbentuk kecil memanjang dan bunga betina berbentuk bulat sampai bulat panjang.Pada saat muda bunga berwarna hijau dan kekuningan pada saat tua. Umur bunga jantan dan betina relatif pendek, bunga jantan 25 hari dan bunga betina ± 90 hari, letaknya bunga jantan atau betina berada di atas pangkal daun.
Buah berbentuk bulat sampai sedikit agak lonjong. Buah muda berkulit kasar dan berkulit halus pada saat tua serta berwarna hijau kekuningan.Beratnya dapat mencapai 4 kg/buah. Daging buah berwarna putih cenderung krem dan rasanya agak manis dan memiliki aroma spesifik, tidak berbiji sehingga perbanyakannya dengan cara stek dan sambung. Kulit buah menonjol rata  sehingga tampak tidak jelas yang merupakan bekas putik dari bunga sinkarpik (Dephut, 1998).
Buah muda berkulit kasar  dan  buah  tua  berkulit  halus.  Daging  buah  berwarna  putih  agak  krem, teksturnya  kompak  dan  berserat  halus.  Rasanya  agak  manis  dan  memiliki  aroma yang spesifik. Berat buah sukun dapat mencapat 1 kg per buah. Pembentukan buah sukun tidak didahului dengan proses pembuahan bakal biji (parthenocarphy), maka buah sukun tidak memiliki biji. Buah sukun akan menjadi tua setelah tiga bulan sejak munculnya bunga betina. Buah yang muncul awal akan menjadi tua lebih dahulu, kemudian diikuti oleh buah berikutnya. Bijinya berbentuk lonjong, pipih, dan berwarna coklat.
Akar tanaman sukumempunyai akar tunggang yang dalam dan akar  samping dangkal. Akar samping dapat tumbuh tunas yang sering digunakan untuk bibitPerakaran sukun  dapat diikuti dengan baik sejak di persemaian. Setelah bibit sukun ditanam di  lapangan, akar akan tumbuh dari stek akar, kemudian membesar bulat dan manjang, diikuti dengan ranting-ranting akar yang mengecil, disertai adanya rambut-rambut akar. Letak akar masuk ke dalam tanah, ada pula yang tumbuh mendatar dan sering tersembul di permukaan tanah.Panjang akar dapat mencapai 6 meter.Warna kulit akar coklat kemerahan.Tekstur kulit akar sedang, mudah terluka dan mudah mengeluarkan getah. Apabila akar terpotong atau terluka akan memacu tumbuhnya pertunasan (Pitojo, 1999). 
Tanaman sukun memiliki banyak kegunaan, antara lain buah sukun yang merupakan hasil utama dimanfaatkan sebagai bahan makanan, diolah menjadi berbagai macam makanan, misalnya getuk sukun, klepon sukun, stik sukun, keripik sukun dan sebagainya. Batang pohon (kayu) sukun dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan maupun dibuat papan kayu yang kemudian dikilapkan (Dephut, 1998).
Buahnya dapat  digunakan  sebagai  bahan  makanan, dapat di ramu sebagai obat. Bunganya dapat menyembuhkan sakit gigi.Dannya selain untuk pakan ternak, juga dapat diramu menjadi obat. Di India bagian  barat,  ramuan  daunnya  dipercaya  dapat  menurunkan  tekanan  darah dan  meringankan  asma.  Daun  yang  dihancurkan  diletakkan  di  lidah  untuk mengobati ariawan. Juice daun digunakan untuk obat tetes telinga. Abu daun digunakan  untuk  infeksi  kulit.  Bubuk  dari  daun  yang  dipanggang  digunakan untuk mngobati limpa yang membengkak. Getah  tanaman  digunakan  untuk  mengobati  penyakit  kulit.  Getah  yang ditambah  air  jika  diminum  dapat  mengobati  diare.  Di  Caribia  sebagai  bahan membuat permen karet.Kayu  sukun  tidak  terlalu  keras  tapi  kuat,  elastis  dan  tahan  rayap, digunakan sebagai bahan bangunan antara lain mebel, partisi interior, papan selancar dan peralatan rumah tangga lainnya.serat kulit kayu bagian dalam dari tanaman muda dan ranting dapat digunakan sebagai material serat pakaian. Di Malaysia digunakan sebagai mode pakaian.

B.  Jati Belanda (Guazuma ulmifolia)
Tumbuhan ini tumbuh liar di hutan pada ketinggian 700-1200 dpl.Tanaman ini berhabitus perdu, tinggi lebih kurang 10 meter.Batang keras, bulat, permukaan kasar, banyak alur, berkayu, bercabang, warna hijau keputih-putihan.Daun tunggal, bulat telur, permukaan kasar, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal berlekuk, pertulangan menyirip, warna hijau.Bunga tunggal, bulat di ketiak daun, warna hijau muda.Buah kotak, bulat, keras, permukaan berduri, warna hitam.
Daun tunggal berbentuk bulat telur sampai lanset, panjang helai daun 4- 22,5 cm, lebar 2-10  cm,  pangkal  daun  menyerong  berbentuk  jantung  yang  kadang-kadang  tidak setangkup,  bagian  ujung  meruncing  dan  tajam,  permukan  daun  bagian  atas  berambut  jarang, permukaan bagian bawah berambut rapat, permukan kasar; panjang tangkai daun 5-25  mm,  mempunyai  daun  penumpu  berbentuk  lanset  atau  berbentuk  paku,  panjang  3-6  mm,  tepi  atau  pinggir  daun  bergerigi,  ujung  runcing,  pangkal  berlekuk,  pertulanganmenyirip,  berseling,  serta  berwarna  hijau  kecoklatan  sampai  coklat  muda.  Daun  majemuknya berseling dan berbentuk menjari. Daun memiliki stipula (daun penumpu) namun biasanya gugur awal.Akarnya merupakan akar tunggang.
Perbungaan  berupa  mayang  terletak  di  ketiak  daun,  panjang  2-4  cm,  berbunga banyak, bentuk bunga bulat agak ramping dan berbau wangi; panjang gagang bunga lebih kurang 5  mm;  kelopak  bunga  lebih  kurang  3  mm;  mahkota  bunga  berwarna  kuning,  panjang  3-4  mm;  tajuk  terbagi  dalam  2  bagian,  berwarna  ungu  tua  kadang-kadang  kuning  tua, panjang  3-4  mm,  bagian  bawah  berbentuk  garis,  panjang  2-2,5  mm; tabung benang sari berbentuk mangkuk, tangkai 1-1,5 cm, hijau muda.
Buahnya berbentuk kotak, bulat, keras, permukaan berduri bakal buah berambut, panjang buah 2 cm sampai  3,5  cm.  Buah  yang  belum  masak  berwarna  hijau  dan  yang  telah  masak  berwarna hitam. Banyak dihasilkan ketika musim penghujan. Bijinya  Kecil, keras, diameter ± 2 mm, berwarna coklat muda 
Secara  tradisonal,  daun  jati  belanda  berkhasiat  sebagai  obat  pelangsing  tubuh  dan  menurunkan  kadar  lemak tubuh. Buah atau daun jati belanda membantu pengobatan diare, batuk, dan nyeri perut.Bijinya dapat digunakan sebagai obat sakit perut, obat mencret dan kembung serta buahnya dapat digunakan sebagai obat batuk.Selain itu, dekok kulit batang dapat digunakan sebagai obat malaria, diare dan sifilis. Kulit batang Jati belanda membantu pengobatan  diaforetik,  bengkak  kaki,  Jati  belanda  juga  dapat  digunakan  untuk  mengobati  influenza  (flu),  pilek, disentri, luka dan patah tulang. Ekstrak dari daunnya dapat menekan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus,Shigella dysenteria, dan Bacillus subtilis secara in vitro.
Penelitian Yusuf Husni, 1986. Fakultas Farmasi, UNAIR. Telah melakukan penelitian pengaruh pemberian daun Jati belanda terhadap kadar kreatin dan urea pada serum darah kelinci. Dari hasil penelitian tersebut, ternyata pemberian daun Jati belanda selama 2 bulan tidak menaikkan kadar kreatin dan urea. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui ada tidaknya kelainan fungsi ginjal setelah pemberian Jati belanda. Subandrio Joko Semedi, 1987. Fakilltas Farmasi, UNAIR. Telah melakukan penelitian pengaruh pemberian seduhan daun Jati belanda terhadap aktivitas enzim SGOT, SGPT, dan SGGT.Dari hasil penelitian tersebut, ternyata pemberian seduhan daun Jati belanda selama 1 bulan tidak berpengaruh terhadap aktivitas enzim SGOT, SGPT, dan SGGT.Hal ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui ada tidaknya kelainan fungsi hati setelah pemberian Jati belanda. Lies Andarini, 1987.Jurusan Biologi, FMIPA UNAIR. Telah melakukan penelitian pengaruh pemberian infus daun Jati belanda terhadap berat badan mencit. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian infus daun Jati belanda 5 %, 10 %, 15 %, dan 20%, masing-masing sebanyak 0,5 ml dapat menurunkan berat badan mencit. Pemberian infus daun Jati belanda 15% dan 20%, masing-masing 0,5 ml dapat menurunkan jumlah makanan mencit.

C.   Soka (Ixora coccinea L.)
Di Indonesia tanaman soka (Ixora sp.) merupakan tanaman hias yang cukup populer dikalangan penghobi tanaman hias.Selain unik, bentuk dan jenisnya pun beragam.Ada yang asli berasal dari dalam negeri yaitu soka Jawa (Ixora javanica), ada pula yang berasal dari luar negeri seperti India dan China, dan sekarang telah hadir tanaman soka baru yang disebut soka hibrida.Selain jenisnya beragam, tanaman hias ini mempunyai berbagai keuntungan, artinya tidak hanya untuk tanaman indoor saja seperti mengisi sudut-sudut rumah, namun juga bisa untuk tanaman outdoor terutama untuk pembatas pagar.Dengan perawatan yang teratur, tanaman ini bisa bertahan sampai beberapa tahun.Tanaman ini berasal dari daerah Asia Tropis.Bahkan disinyalir ada yang menyebutkan berasal dari negara Indonesia.Namun sejauh ini belum teruji kebenarannya, yang pasti dengan ditemukannya jenis bunga soka kuno yaitu Ixora javanica di pulau Jawa telah cukup menjadikannya alasan mengapa tanaman tersebut berasal dari negara kita.Dugaan kuat mengenai asal usul tanaman ini lebih cenderung kepada negara India dan China, dimana di dua negera tersebut memiliki beragam jenis tanaman Soka.
 Tanaman soka merupakan tanaman yang menghendaki penyinaran matahari penuh teruatama untuk merangsang pembungaan.Meskipun jenisnya cukup beragam, secara umum bentuk morfologis tanaman terutama bagian bunganya tidak berbeda jauh yaitu tersusun atas beberapa bunga kecil yang masing-masing memiliki empat petal mahkota dalam satu tangkai mirip payung terbuka. Bunga soka yang masih kuncup mirip jarum sehingga akan terkesan gundukan jarum berwarna merah disaat belum mekar. Warna kelopak bunga ada yang merah, merah muda, ungu , putih dan kuning. Namun di Indonesia jumlah soka berwarna merah lebih banyak dibandingkan lainnya.Berbeda dengan bentuk bunganya, penampilan batang dan daun bunga soka bisa bermacam-macam.Ada yang lebar, ada yang sempit, ada juga yang medium tergantung asalnya.Soka Jawa lebih condong berdaun lebar dengan tandan bunga ramping dan kuntum bunganya berwarna merah.
Dengan penampilan bunganya yang memancar seperti kembang api dan hidup di hutan-hutan liar, tidaklah mengherankan bila orang-orang Eropa menjulukinya dengan flame of the wood atau api dari hutan. Mungkin karena penampilannya yang menarik tersebut mengundang orang untuk membawanya ke rumah dan memeliharanya sebagai tanaman hias.
Tumbuhan ini berhabitus perdu Perdu dengan banyak batang, tinggi lebih dari 3 m, gundul. Batangnya tegak, berkayu, bulat, percabangan simpodial, putih kotor. Daunnya membundar telur sampai lonjong atau membundar telur sungsang, tunggal, saling berhadapan, 3,5-10 cm x 2-5 cm, menjangat, pertulangan menyirip, pangkal semi menjantung atau membulat, ujung menumpul atau sedikit melancip, bertusuk, dengan 8-15 vena sekunder, tidak ada tangkai atau pendek, penumpu bertugi panjang. Pembungaan duduk, majemuk, berkelamin dua, berbentuk menggundung yang padat, bunga dengan cuping kelopak yang berbentuk segitiga, panjang sekitar 3 mm, meruncing, merah, panjang tabung mahkota 3-4,5 cm, bentuk cuping melanset atau bundar telur-melanset, panjang 1-1,5 cm, meruncing, jingga sampai merah tua atau putih, kuning atau merah muda (kebanyakan pada tanaman yang dikultivasi), tidak berbau, panjang tangkai putik 3-4 mm menjulur, merah; buah membulat, ukurannya sebesar kacang polong, kemerahan, berdaging. Ixora coccinea dikultivasi di dataran rendah, namun juga dikultivasi di daerah ketinggian.Bijinya berbentuk pipih, lonjong, dan berwarna putih. Akarnya merupakan akar tunggang dan berwarna coklat.
Kulit batang dan akar Ixora coccinea berkhasiat sebagai obat luka baruUntuk obat luka baru dipakai ± 5 gram kulit batang atau akar kering Ixora coccinea, dicuci dan ditumbuk sampai lumat, ditambah 1/4 gelas air matangkemudian diperas dan disaring. Hasil saringan dioleskan pada luka.

D.   Nangka (Artocarpus heterophyllus)
Nangka tumbuh dengan baik di iklim tropis sampai dengan lintang 25˚ utara maupun selatan, walaupun diketahui pula masih dapat berbuah hingga lintang 30˚.Tanaman ini menyukai wilayah dengan curah hujan lebih dari 1500 mm pertahun di mana musim keringnya tidak terlalu keras.Nangka kurang toleran terhadap udara dingin, kekeringan dan penggenangan.
Tumbuhan ini berhabitus perdu dan memiliki tinggi 10-15 m. batangnya tegak, berkayu, bulat, kasar, dan berwarna hijau kecoklatan. DaunArtocarpus heterophyllus berbentuk bulat telur dan panjang, tepinya rata, tumbuh secara berselang-seling, dan bertangkai pendek, permukaan atas daun berwarna hijau tua mengkilap, kaku, dan permukaan bawah daun berwarna hijau muda.Daunnya tunggal, memiliki tulang daun yang menyirip, daging daun tebal, tepi rata, ujung runcing, panjang 5-15 cm, lebar 4-5 cm, tangkai panjang ± 2 cm, dan berwarna hijau.Sistem perakarannya merupakan sistem akar tunggang.
Bunganya berukuran kecil, tumbuh berkelompok secara rapat tersusun dalam tandan, bunga muncul dari ketiak cabang atau pada cabang-cabang besar, berwarna kuning, bunga jantan dan betina terdapat dalam sepohon (Rukmana, 1998).
Khasiat kayu pada tumbuhan nangka yaitu sebagai anti spasmodik  dan sedativ, daging buah sebagai ekspektoran, daun muda sebagai pakan ternak. Getah kulit kayu juga telah digunakan sebagai obat demam, obat cacing dan sebagai antiinflamasi.Pohon nangka dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional.Kandungan kimia dalam kayu adalah morin, sianomaklurin (zat samak), flavon, dan tanin. Selain itu, di kulit kayunya juga terdapat senyawa flavonoid yang baru, yakni morusin, artonin E, artokarpin, sikloartobilosanton, dan artonol B. Bioaktivitas senyawa flavonoid tersebut terbukti secara empirik sebagai antikanker, antivirus, antiinflamasi, diuretik dan antihipertensi (Ersam, 2001).
Menurut Kristio (2007), beberapa manfaat nangka adalah sebagai berikut:
a.   Daging  buah  nangka  muda  (tewel)  dimanfaatkan  sebagai  makanan  sayuran yang mengandung albuminoid dan karbohidrat.
b.   Biji nangka dapat digunakan sebagai obat batuk dan tonik.
c.   Tepung biji nangka digunakan sebagai bahan baku industri makanan (bahan makanan campuran).
d.   Daun muda dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
e.   Kayu nangka dianggap lebih unggul daripada jati untuk pembuatan meubel,konstruksi  bangunan,  tiang  kapal,  tiang  kuda,  kandang  sapi  (di  Priangan), dayung, perkakas, dan alat musik.
f.    Pohon  nangka  dapat  dimanfaatkan  sebagai  obat  tradisional  seperti  akarnya dapat membantu sebagai obat demam dan malaria, daunnya dapat mengobati bisul, bijinya dapat mengobati diare, serta getah kulit kayu digunakan sebagai obat demam, obat cacing, dan sebagai antiinflamasi. 
Artocarpus  adalah  salah  satu  genus  dari  famili  Moraceae  yang  kaya  akan flavonoid,  khususnya  flavonoid  terprenilasi  dengan  kerangka  dan  bioaktivitas yang beragam (Erwin, 2006).
Daun Artocarpus heterophyllus mengandung saponin, flavonoid, dan tanin. Getahnya mengandung asam serotat, sedangkan buahnya  yang masih muda dan akarnya  mengandung  saponin  dan  polifenol.  Kayunya  mengandung  morin, sianomaklurin  (zat  samak),  flavon,  dan  tanin.  Selain  itu,  dikulit  kayunya  juga terdapat  senyawa  flavonoid  yang  baru,  yakni  morusin,  artonin  Esikloartobilosanton,  dan  artonol  B.  Bioaktivitasnya  terbukti  secara  empirik sebagai  antikanker,  antivirus,  antiinflamasi,  diuretil,  dan  antihipertensi (Syamsuhidayat, 1991).
Pada  penelitian  Arung,  dkk,  (2006),  getah  kayu  tanaman  Artocarpus heterophyllus  mengandung  Artocarpanone  yang  berpotensi  sebagai  inhibitor tirosinase dan antioksidan sehingga dapat berfungsi sebagai antihiperpigmentasi.
E.    Mahoni (Swietenia mahagoni)
Mahoni tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai, atau di tepi jalan sebagai pohon pelindung. Tanaman asal Hindia Barat ini, tumbuh subur di pasir payau dekat pantai.pohon, tahunan, tinggi 5-25 m, berakar tunggang, batangnya bulat, banyak bercabang, dan kayunya bergetah. Daunnya majemuk menyirip genap, helaian daun bentuknya bulat telur, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, tulang menyirip, panjang 3-15 cm. Daun muda berwarna merah, setelah tua warnanya hijau. Bunganya bunga majemuk tersusun dalam karangan yang keluar dari ketiak daun. Ibu tangkai bunga silindiris, warnanya coklat muda. Kelopak bunga lepas satu sama lain, bentuknya seperti sendok, warnanya hijau. Mahkotanya silindris, kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala sari putih, kuning kecoklatan. Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun. Buahnya kotak, bulat telur, berlekuk lima, warnanya coklat. Biji pipih, warnanya hitam atau coklat. Mahoni merupakan penghasil kayukeras dan digunakan untuk keperluan perabot rumah tangga serta barang ukiran. Perbanyakan dengan biji (Arisandi, 2008).
Tanaman mahoni merupakan tanaman tropis dan banyak ditemukan tumbuh liar dihutan jati serta didekat pantai.Tanaman ini menyukai tempat yang cukup sinar matahari langsung dan tahan hidup ditanah gersang. Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan biji,cangkok atau okulasi. Tanaman ini tumbuh di daerah kering. Jenis ini secara alami dijumpai pada iklim dengan curah hujan tahunan 580-800mm.Pohon mahoni selalu hijau sampai semi hijau,tinggi mencapai30-35 m. Penyebarannya dengan biji,setelah umurnya antara 7-8 tahun mahoni sudah mulai berbunga.
Batangnya tegak, berkayu, ujung cabang berbulu, putih  kotor. Kulit abu-abu dan halus ketika masih muda,berubah menjadi coklat tua, membumbung (beralur) dan mengelupas setelah tua.
 Daunnya bertandan,licin,tidak berbulu,panjang 12-15 cm majemuk menyirip dengan 2-4 pasang daun. Daun bulat telur,ujung lancip,panjang 5-6 cm.lebar 2-3 cm hijau tua,licin ,tidak berbulu. Majemuk, menyirip genap, bulat telur, ujung dan pangkal runcing,tepi rata,panjang 3-15 cm, masih muda merah setelah  tua hijau.
 Bunganya berkelamin tunggal,kecil,putih,panjang 8-15 cm malai ramping. Benih berwarna coklat yang panjangnya 4-5 cm. Majemuk, dalam karangan, di ketiak daun, ibu tangkai bunga silindris,kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala sari.
Untuk tanaman mahoni yang digunakan sebagai tanaman obat maka tidak boleh diberi pupuk anorganik maupun pestisida. (www.dephut.org).
Menurut Anggota Sentra Pengembangan Dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T) DKI Jakarta,dr Setiawan Dalimarta ,kandungan kimia mahoni ada dua macam yaitu Saponin dan Flavonoida yang sangat baik untuk mengobati tekanan darah tinggi, kencing manis, reumatik, eksim, demam, masuk angina, dan mengatasi orang yang tidak mempunyai nafsu makan. Untuk kencing manis sebaiknya diminum 30 menit sebelum makan pagi, sebelum makan siang dan sebelum makan malam. Sedang untuk masuk angin caranya sama dengan kencing manis,reumatik. Bila menggunalan bubuk mahoni sebagai obat otomatis nafsu makan bangkit. (www.suaramerdeka.com) 
  Kandungan Flavonoida berguna untuk melancarkan peredaran darah,terutama untuk mencegah tersumbatnya saluran darah,mengurangi tingkat kolesterol, mengurangi penimbunan lemak pada dinding saluran darah, membantu mengurangi rasa sakit, pendarahan dan lebam, bertindak sebagai anti oksidan dan berfungsi menyingkirkan radikal bebas. 
  Sedangkan Saponin berguna mencegah penyakit sampar,mengurangi lemak badan, meningkatkan sistem kekebalan, mencegah pembekuan darah dan tingkat gula dalam darah, serta fungsi hati dan memperlambat proses pembekuan darah.

F.    Beringin (Ficus benjamina)
Beringin (Ficus benjamina dan beberapa jenis lain, suku ara-araan atau Moraceae) sangat akrab dengan budaya asli Indonesia.Tumbuhan ini berpohon besar dengan  tinggi mencapai 20 - 25 meter, dengan tajuk bulat.Tumbuhan berbentuk pohon besar ini sering kali dianggap suci dan melindungi penduduk setempat.Sesaji sering diberikan di bawah pohon beringin yang telah tua dan berukuran besar karena dianggap sebagai tempat kekuatan magis berkumpul.Beberapa orang menganggap tempat di sekitar pohon beringin adalah tempat yang “angker” dan perlu dijauhi.Batangnya  tegak,  bulat,  permukaan  kasar, abu-abuan  kehitaman,  percabangan simpodial.  Keunikannya  adalah  pada batang  keluar  akar  gantung  (akar udara). Tumbuhan ini berakar tunggang dan akar napas. Daunnya  tunggal,  bertangkai  pendek,  dengan  letak  yang  silang  berhadapan.  Bentuk  daun lonjong,  tepi  rata,  ujung  runcing,  pangkal  tumpul,  panjangnya  3  -  6  cm,  lebar  2  -  4  cm, pertulangan menyirip hijau. Bunga  tunggal,  keluar  dari  ketiak  daun,  kelopak  bentuk  corong,  mahkota  bulat,  halus,  kuning kehijauan. Buah buni, bulat, panjang 0,5 - 1 cm, masih muda hijau, setelah tua merah. Bijinya  bulat, keras, putih.  Merupakan pohon dengan potensi kanopinya yang tinggi.
Akar udara mengandung asam amino, fenol, gula, dan asam orange. Penyakit yang dapat diobati : pilek, demam tinggi,  radang  amandel  (tonsilitis),  nyeri  rematik  sendi,  luka  terpukul  (memar),  influenza,  radang  saluran napas (bronchitis),  batuk  rejan  (pertusis), malaria,  radang  usus  akut  (acute  enteritis),  disentri,  dan  kejang  panas  pada anak. Dewasa ini beringin banyak digunakan dalam ramuan tradisional untuk pengobatan kanker.

G.   Akasia/Wangkal (Albizia procera)
Wangkal atau akasia (Albizia procera) bersinonim dengan Acacia odoratissima Hassk;Akasia procera (Roxb.) Willd.;Mimosa elata Roxb. ; Mimosa procera Roxb. Akasia adalah genus dari semak-semak dan pohon yang termasuk dalam subfamili Mimosoideae dari famili Fabaceae, pertama kali diidentifikasi di Afrika oleh ahli botani Swedia Carl Linnaeus tahun 1773. Banyak spesies Akasia non-Australia yang cenderung berduri, sedangkan mayoritas Akasia Australia tidak.Akasia adalah tumbuhan polong, dengan getah dan daunnya biasanya mempunyai bantalan tannin dalam jumlah besar.Akasia juga dikenal sebagai pohon duri, dalam bahasa Inggris disebut whistling thorns (duri bersiul) atau Wattles, atau yellow-fever acacia (akasia demam kuning) dan Umbrella acacias (akasia payung).
Pohon dengan kanopi terbuka ini tingginya bisa mencapai 25-28 m. Akarnya tunggang dan berwarna kuning kecoklatan.Batangnya tegak,  berkayu,  bulat,  kasar, percabangan monopodial, dan berwarna putih kotor. Daunnya majemuk, berganda, berseling, lonjong, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, panjang 3-4,5 cm, lebar 1,5-2 cm, pertulangan menyirip, dan berwarna hijau. Bunganya majemuk,  berkelamin  dua,  di  ujung  cabang  dan  ketiak  daun,  tangkai  bulat,  panjang  ±  15  cm, kelopak bentuk tabling, ujung bercangap, halus, kuning, benang sari silindris, panjang ± 5 mm, putih, kepala sari pipih, kuning, putik bulat, panjang ± 3 mm, kepala putik bulat + 5 mm, hijau, mahkota kuning, bentuk kupu-kupu, halus, kuning. Buahnya polong, lanset, panjang ± 23 cm, lebar -t- 2,5 cm, masih muda hijau setelah tua merah. Bijinya kecil, coklat kehijauan, bentuk elips hingga bulat, datar dan keras.Ada 20,000-24,000 biji per kilogram (Roshetko 1997), lonjong, coklat.
Kulit  batang  dan  daun  Albizzia  procera  mengandung  saponin,  flavonoida  dan  polifenol.Kulit  batang  Albizzia procera berkhasiat sebagai obat sakit perut dan untuk menyamak kulit, daunnya yang masih muda enak dimakan sebagai lalap. 
Di  Filipina,  daun  dimasak  dimakan  sebagai  sayuran.    Dalam  masa  paceklik  kulit  dapat  dijadikan  tepung  dan dimakan. Fodder: Di Asia Selatan, Filipina, dan Australia, pakan ternak yang kaya protein A. procera dimakan oleh sapi, kerbau, kambing, unta dan gajah.  Daun mengandung 19,9% protein, 3,3% lemak, 39,7% karbohidrat, 1,51% kalsium, fosfor 0,3%, 31,9% serat dan 6.2% abu (mineral).  Kayunya terutama digunakan untuk konstruksi, furnitur, veneer,  filling  cabinet,  lantai,  alat-alat  pertanian,  pencetakan,  gerobak,  kereta,  tebu  crushers,  ukiran,  perahu, dayung,  minyak  dan  beras  pounders  menekan.    Kayu  Albizzia  procera  resisten  terhadap  beberapa  jenis  rayap, termasuk  Bifiditermes  beesoni,  Cryptotermes  cynocephalus  dan  Coptotermes  curvignathus.  Kulit  kayunya mengandung Tannin atau Dyestuff yang dapat dijadikan untuk bahan penyamakan. Seluruh bagian dari tanaman digunakan untuk mencegah aktivitas sel kanker (sebagai anti kanker).A. procera umumnya digunakan dalam obat-obatan tradisional.Sebuah ramuan dari kulit kayu diberikan untuk rematik dan pendarahan dan dianggap berguna dalam mengobati masalah kehamilan dan untuk sakit perut.  Di India, daun sebagai poulticed ke bisul. kulit kayu yang  ditumbuk  digunakan  sebagai  racun  ikan,  dan  daun-daun  yang  dikenal  memiliki  piscicidal  insektisida  dan properti.

H.   Keres (Muntingia carabura)
Kersen atau talok adalah nama sejenis pohon dan buahnya kecil dan manis. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini juga dinamai ceri. Di Lumajang, anak-anak menyebutnya baleci. Habitus tumbuhan ini perdu atau pohon kecil, tinggi sampai 12 m, meski umumnya hanya sekitar 3-6 m saja. Selalu hijau dan terus menerus berbunga dan berbuah sepanjang tahun.Cabang-cabang mendatar, menggantung di ujungnya; membentuk naungan yang rindang.Ranting-ranting berambut halus bercampur dengan rambut kelenjar; demikian pula daunnya. Akarnya merupakan akar tunggang.
Daun-daun terletak mendatar, berseling, helaian daun tidak simetris, bundar telur lanset, tepinya bergerigi dan berujung runcing, 1-4 × 4-14 cm, sisi bawah berambut kelabu rapat; bertangkai pendek. Daun penumpu yang sebelah meruncing bentuk benang, lk. 0,5 cm, agak lama lalu mengering dan rontok, sementara sebelah lagi rudimenter.
Bunga dalam berkas, berisi 1-3(-5) kuntum, terletak di ketiak agak di sebelah atas tumbuhnya daun; bertangkai panjang; berkelamin dua dan berbilangan 5; kelopak berbagi dalam, taju meruncing bentuk benang, berambut halus; mahkota bertepi rata, bundar telur terbalik, putih tipis, gundul, lk. 1 cm.Benang sari berjumlah banyak, 10 sampai lebih dari 100 helai. Bunga yang mekar menonjol keluar, ke atas helai-helai daun; namun setelah menjadi buah menggantung ke bawah, tersembunyi di bawah helai daun.Umumnya hanya satu-dua bunga yang menjadi buah dalam tiap berkasnya.
Buah buni bertangkai panjang, bulat hampir sempurna, diameter 1-1,5 cm, hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak, bermahkota sisa tangkai putik yang tidak rontok serupa bintang hitam bersudut lima. Berisi beberapa ribu biji yang kecil-kecil, halus, putih kekuningan; terbenam dalam daging dan sari buah yang manis sekali.
Kayu kersen lunak dan mudah kering, sangat berguna sebagai kayu bakar.Kulit kayunya yang mudah dikupas digunakan sebagai bahan tali dan kain pembalut. Daunnya dapat dijadikan semacam teh dan digunakan oleh masyarakat di Peru sebagai obat tradisional sakit kepala dan anti radang, di Indonesia secara tradisional buah kersen digunakan untuk mengobati asam urat dengan cara mengkonsumsi buah kersen sebanyak 9 butir 3 kali sehari hal ini terbukti dapat mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan dari penyakit asam urat. Buah kersen sangat digemari di Meksiko, sehingga dijual dalam jumlah banyak di pasar-pasar tradisional, buah kersen bisa juga diawetkan dan dibuat selai seperti di Srilangka.
Pohon kersen khususnya berguna sebagai pohon peneduh di pinggir jalan.Pohon kecil ini awalnya sering tumbuh sebagai semai liar di tepi jalan, selokan, atau muncul di tengah retakan tembok lantai atau pagar, dan akhirnya tumbuh dengan cepat –biasanya dibiarkan saja– membesar sebagai pohon naungan.Sebab itulah pohon kersen acapkali ditemukan di wilayah perkotaan yang ramai dan padat, di tepi trotoar dan lahan parkir, di tepi sungai yang tidak terurus atau di tempat-tempat yang biasa kering berkepanjangan.
Karena sifat-sifat dan daya tahannya itu, kersen menjadi salah satu tumbuhan pionir yang paling banyak dijumpai di wilayah hunian manusia di daerah tropis. Berasal dari Amerika tropis (Meksiko Selatan, Karibia, Amerika Tengah sampai ke Peru dan Bolivia), kersen dibawa masuk ke Filipina pada akhir abad 19 Dan lalu dengan cepat menyebar di seluruh wilayah tropis asia tenggara.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar