1. Davallia sp.
Kingdom Plantae
Divisio Polypodiophyta
Classis Polypodiopsida
Ordo Polypodiales
Familia Polypodiceae
Genus Davallia
Species Davallia sp.
Davallia sp. termasuk jenis paku yang umumnya menumpang pada
tumbuhan lain. Meskipun demikian tidak berarti tumbuhnya hanya menumpang saja.
Paku ini dapat pula tumbuh pada tanah-tanah cadas, karang atau batu-batu.
Biasanya banyak dijumpai tumbuh pada batang jenis palem. Tumbuh bersama-sama
dengan paku cecerenean, paku sarang burung atau jenis-jenis paku lainnya.
Penyebaran meliputi Asia tropika, Polinesia dan Australia. Tumbuh pada dataran
rendah terutama pada daerah-daerah disekitar pantai.
Pada pengamatan ini, Davallia
sp. ini ditemukan di daerah Coban Rais. Pengamatan ini dilakukan di daerah
Coban Rais pada hari Minggu, 11 Maret 2012. Davallia sp. merupakan salah
satu genus dari 40 jenis pakis. Davallia sp. merupakan tumbuhan epifit
yang memiliki perawakan herba. Tumbuhnya merumpun tetapi ukurannya kecil. Bila
dilihat secara langsung, maka tumbuhan ini mempunyai ciri-ciri antara lain
rimpangnya kuat,dan ketika masih muda tertutupi oleh sisik, serta daunnya
berbentuk segitiga dan kaku, tepinya bergerigi, dan permukaanya mengkilat
sehingga mudah dilihat. Daunnya berwarna hijau muda sampai hijau tua. Daun yang
masih muda menggulung. Menurut Tjitrosoepomo (2009), daunnya menyirip ganda dua
atau lebih dengan urat-urat yang bebas. Rimpang merayap dengan ruas-ruas yang
panjang, bersisik rapat dan sisiknya berwarna pirang.
Davallia sp. mempunyai batang yang berbentuk rimpang. Tangkai atau
batangnya berwarna coklat kehitaman teruntai halus dengan ukuran ± 0.2 cm
dengan percabangan monopodial. Rimpangnya
merayap dan memperlihatkan batang yang nyata. Spesies ini merupakan epifit dan
termasuk paku tanah yang isospor. Rimpangnya kuat, berdaging kuat, berdaging
dan agak menjalar. Bila tumbuhan ini masih muda, rimpang-rimpangnya ditutupi
oleh sisik-sisik yang padat, warnanya coklat terang.
Selain batang dan daun, yang dapat dilihat secara nyata
yaitu, tumbuhan ini mempunyai ental. Ental berbentuk panjang dan berjumbai serta
menyirip. Pada tangkai ental ini berwarna coklat gelap dan mengkilap. Mempunyai
indusium berbentuk corong. Smith (1793:157) menyebutnya dengan indusium.
Indusium ini berada pada bagian dasar dan berbentuk seperti cagkir.
Entalnya berjumbai, panjangnya
sampai 1m. Bentuk ental tersebut segitiga, menyirip ganda tiga atau empat.
Tangkainya bewarna coklat gelap, mengkilat. Indusium berbentuk hampir
menyerupai corong. Panjang dan lebarnya ± 1 mm. Perbanyakan melalui rimpang.
Secara seksual spora dapat digunakan untuk memperbanyak diri.
Menurut Mustofa (2009), Davallia
sp. mempunyai rimpang yang kuat, berdaging kuat, berdaging dan agak
menjalar. Bila tumbuhan ini masih muda, rimpang-rimpangnya ditutupi oleh
sisik-sisik yang padat, warnanya coklat terang. Entalnya berumbai, panjangnya
sampai 1 m. Bentuk ental tersebut segitiga, menyirip ganda tiga atau empat.
Tangkainya bewarna coklat gelap, mengkilat. Helaian daunnya berbentuk segitiga
dengan tepi yang beringgit. Daun-daun ini kaku dan kuat. Permukaan daunnya
licin mengkilat, sehingga mudah sekali terlihat dengan jelas. Indusium berbentuk
hampir menyerupai setengah lingkaran. Panjang dan lebarnya ± 1 mm. Perbanyakan
melalui rimpang. Secara seksual spora dapat digunakan untuk memperbanyak diri.
Dari pengamatan mengenai davallia
ini dapat disimpulkan bahwa ciri morfologinya adalah rimpang panjang-merayap, biasanya tebal, bersisik padat dengan peltate
atau sisik berbentuk hati. Stipe telanjang, diartikulasikan ke rimpang. Lamina
daun pada spesies Thailand halus dibedah, biasanya deltoid, seperti kulit untuk
chartaceous, hijau, gundul. Sori, terletak di akhir uratnya, biasanya dekat
dengan margin, indusium berada di bagian dasar dan berbentuk cangkir (Iwatsuki.
1985:157)
Davallia sp. mempunyai ciri
rimpang yang panjang-merayap, berdiameter sekitar 3mm,rimpang ditutupi dengan
sisik, permukaan berlilin, kurang lebih bersisik paten, secara bertahap
mengalami penyempitan dari dasar menuju puncak,mempunyai luas sekitar 0.8mm
sampai 5mm, berwarna coklat atau merah kecoklatan, sisik berada di pinggir.
Stipe berwarna coklat sampai coklat pucat, berbentuk silinder, gundul,
hingga 20 cm. Lamina sempit subdeltoid, secara bertahap penyempitan dari dasar
luas cuneate ke puncak, dengan panjang 5 cm sampai 10 cm. Sori kecil dan
terletak di tepi cuping. Mempunyai Indusium dengan panjang dan lebar sekitar
0,3 mm.
Davallia sp. mempunyai bentuk yang cukup
menarik sehingga banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias, dapat digunakan
sebagai unsur pendukung dalam karangan bunga. Selain itu tumbuhan ini dapat
ditanam ditempat-tempat yang terlindung maupun tempat-tempat yang terbuka.
Dalam suatu penelitian, telah diketahui bahwa tanaman ini mengandung asam
hidrosianik.
2. Adiantum caudatum L.
Kingdom Plantae
Subkingdom
Tracheobionta
Division
Pteridophyta
Class
Filicopsida
Subclass
Polypoditae
Order
Polypodiales
Family
Pteridaceae
Genus Adiantum
Species Adiantum caudatum L.
Tumbuhan paku merupakan
tumbuhan berkormus yang paling sederhana. Terdapat lapisan pelindung sel
(jaket steril) di sekeliling organ reproduksi, sistem transport internal, hidup
di tempat yang lembab. Akar serabut berupa rhizoma, ujung akar di lindungi
kaliptra. Sel-sel akar membentuk epidermis, korteks, dan silinder pusat
(terdapat xylem dan floem) (Darma, 2007).
Adiantum caudatum termasuk Family
Adiantaceae. Jenis ini merupakan jenis paku yang sering di sebut dengan
nama suplir berekor, karena pada setiap ujung entalnya pasti mempunyai bagian
yang menyerupai ekor (Darma,2007).
Suplir adalah sebutan awam bagi segolongan tumbuhan
yang termasuk dalam Genus Adiantum , Family Adiantaceae. Sebagai tumbuhan
paku-pakuan, suplir tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya (Darma,2007).
Tumbuhnya cepat dan anaknya banyak. Jenis ini di alam
terbuka banyak di temukan tumbuh di tepi-tepi sungai, tebing-tebing dengan
kondisi tanah cadas dan batu-batu kapur yang mempunyai perairan yang baik
adalah tempat-tempat yang sangat disukainya dengan ketinggian tempat mulai dari
100-600 m diatas permukaan laut (Wangngameti,2009).
Adiantum caudatum hidup di tanah, hampir semua paku-pakuan adalah herba
atau tegak berkayu. Letak akar tumbuhan paku bermacam-macam, pada Adiantum caudatum akarnya serabut,
tumbuh dari rhizoma yang pakalnya rimpang, tegak dan berwarna coklat. Semua
batang paku-pakuan kerap berupa rimpang karena umumnya arah tumbuhnya menjalau
atau memanjat. Arah batang ke atas kemudian melengkung ke arah samping.
Ketinggian tanaman mencapai 15-80 cm bentuk batangnya bulat panjang, permukaan
batangnya halus, ukurannya berdiameter 1 mm, warna coklat dan percabangan
monopodial (Wangngameti, 2009).
Jenis daun pada Adiantum caudatum adalah majemuk,
tulang daunnya menyirip atau sporofil (daun fertil) yang fungsi utamanya adalah
menghasilkan sporangium. Biasanya hampir semua sporofil juga berfungsi sebagai
organ untuk fotosintesis. Adiantum caudatum termasuk paku homospora atau menghasilkan
satu jenis spora saja (Wangngameti, 2009).
Ciri-ciri dari tanaman paku ini adalah mempunyai
rimpang-rimpang yang pendek, sehingga anaknya tumbuh bergerombol membentuk
rumpun seolah-olah menjadi satu. Rumpun ini tumbuhnya tegak dan bersisik banyak
serta panjangnya sampai 5 mm. Tangkai bagian bawahnya berbulu rapat dan
mengkilat. Panjang entalnya 12-30 cm, bersirip sederhana dengan anak-anak daun
yang letaknya agak berlawanan. Semakin ke atas sirip-sirip ini semakin
mengecil. Ukuran daun yang besar umumnya mencapai panjang 1,5 cm dan lebar 6
mm. Tepi daun bagian bawahnya rata dan agak melengkung, tetapi bagian atasnya
berlekuku-lekuk membentuk sudut ke arah pangkalnya. Tekstur daun tipis tetapi
agak kaku, pada kedua permukaannya terdapat bulu-bulu. Indusial letaknya di
tepi daun bagian bawah, bentuknya bulat atau lonjong dan berbulu
(Tjitrosoepomo, 1998).
Jenis suplir ini selain bagus di tanam di pot-pot juga
dapat di manfaatkan pada taman-taman kota atau pada areal tepi kolam yang
tanahnya tidak terlalu basah. Habitusnya semak , semusim tinggi 1,3 m (Tjitrosoepomo,
1998).
Dari segi ekologis tanaman ini dapat tumbuh dengan baik
pada daerah mulai dataran rendah sampai dataran tinggi atau pegunungan dengan
kondisi tanahnya gembur berkompos. Akan tetapi suplir ini tidak tahan terhadap
air yang banyak dan tidak toleran terhadap sinar matahari secara langsung
(Tjitrosoepomo, 1998).
Suplir memiliki penampilan yang jelas berbeda dari
jenis paku-paku lain. Daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung
membulat. Sorus merupakan kluster-kluster di sisi bawah daun pada bagian tepi.
Spora terlindungi oleh sporangium yang dilindungi oleh indisium. Tangkai
entalnya khas, berwarna hitam mengkilap, kadang-kadang bersisik halus ketika
dewasa (Wangngameti, 2009).
Daun paku-pakuan mempunyai bentuk yang khas yang berbeda
dengan daun tumbuh-tumbuhan lain sehingga biasa disebut ental. Ental pada
Adiantum caudatum bergulung melingkar, dimana pinula (anak daun) terdapat sorus
dan pinna (menyirip) bergerigi, bentuk bangun memanjang, bentuk ujungnya tumpul
dan tepinya bergerigi (Tjitrosoepomo, 1998).
Ciri-ciri khusus antara lain (Tjitrosoepomo, 1998):
a.
Terdapat
vernasi bergulung
b.
Tidak
ada dimorfisme
c.
Tidak
ada daun tereduksi
d.
Tidak
ada daun sarang
e.
Tidak
ada ligula
f.
Tidak
ada daun-daun penumpu (stipula)
Sporangium adalah tempat pembentukan spora, adapun
perbanyakan generatif dilakukan dengan spora yang terletak pada sisi bawah daun
bagian tanaman yang sudah dewasa. Sporangium pada Adiantum caudatum terletak di bawah permukaan daun (dipinggir)
teratur. Sorus berada disisi bawah daun pada bagian tepi letaknya tersebar dan
teratur dimana dalam satu daun terdapat 4-6 sorus. Warna sporangium mudah
berwarna putih dan yang tua berwarna coklat. Spora terlindungi oleh sporangium
yang dilindungi oleh indisium. Indisium yaitu membran penutup yang merupakan
perkembangan dari epidermis bawah daun. Pada daun Adiantum caudatum bentuk indisiumnya memanjang (Darma, 2007).
Tumbuhan paku bereproduksi secara aseksual (vegetatif)
dengan stolon yang menghasilkan gemma (tunas). Gemma adalah anakan pada tulang
daun satu kaki daun yang mengandung spora. Reproduksi seksual (generatif)
melalui pembentukan sel kelamin jantan atau spermatozoid dan sel kelamin betina
atau ovum. Reproduksi tumbuhan juga menunjukkan adanya pergiliran keturunan antara generasi gametofit
dan generasi sporafit. Pada tumbuhan paku (suplir) generasi sporafit merupakan
generasi yang dominan dalam daur hidupnya (Darma, 2007).
Generasi gametofit dihasilkan oleh reproduksi seksual
dengan spora. Spora dihasilkan oleh pembelahan sel induk spora yang terjadi di
dalam sporangium. Sporangium terdapat pada sporofit yang terletak di daun atau
batang. Spora haploid (n) yang di hasilkan di terbangkan oleh angindan jika
sampai di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi gametofit yang hapoloid (n).
Arkegonium menghasilkan satu ovum haploid dan anteridium menghasilkan banyak
spermatozoid berflagel yang haploid (n). Spermatozoid bergerak dengan perantara
air menuju ovumpada arkegonium. Spermatozoid kemudian membuahi ovum. Pembuahan
ovum oleh spermatozoid di arkegonium menghasilkan zigot yang diploid (2n).
Zigot membelah dan tumbuh menjadi (2n) dan embrio tumbuh menjadi sporofit yang
diploid (2n) (Darma, 2007).
Tanaman ini tidak memiliki
nilai ekonomi penting. Fungsinya yang utama adalah sebagai tanaman hias yang
bisa ditanam didalam ruangatau diluar ruang. Suplir sangat suka tanah yang
gembur, kaya bahan organik (humus). Pemupuikan dengan kadar nitrogen lebih
tinggi disukainya. Pembentukan spora memerlukan tambahan fosfor dan kalium
(Tjitrosoepomo, 1998).
Pemeliharaan suplir sebagai
tanaman hias harus memperhatikan penyiraman. Kekeringan yang di alami suplir
tidak bisa diperbaiki hanya dengan penyiraman karena daun yang kering tidak
bisa pulih. Penanganannya adalah dengan membuang seluruh ental yang kering hingga
dekat rhizome dan member sedikit media tumbuh tambahan. Dalam waktu beberapa
hari tunas akan muncul (Tjitrosoepomo, 1998).
Daun Adiantum caudatum
berkhasiat untuk pelancar air seni dan akarnya berkhasiat sebagai obat cacing.
Daun Adiantum caudatum mengandung saponin, flavonoida dan tannin dan akarnya
mengandung saponin (Wangngameti, 2009).
3.
Athyrium sp.
Kingdom Plantae
Divisio Pteridophyta
Classis Pteridopsida
Ordo Polypodiales
Family Woodsiaceae
Genus Athyrium
Species Athyrium sp.
Tumbuhan paku ini dikenal
dengan sebutan paku sayur karena nama lokal dari Athyrium sp. adalah paku sayur
Deskripsi dari tumbuhan Athyrium sp. adalah sebagai berikut:
1)
Habitus
Habitus tumbuhan paku ini
adalah memiliki perawakan berupa pohon dan nampak berdaging.
2)
Habitat
Spesies ini dapat ditemukan di tanah, tempat yang lembab, tanah yang berbatu atau bahkan di tepi sungai. Di Coban Rais tumbuhan paku ini dapat di temukan pada tanah yang lembab dekat aliran air yang tempatnya terbuka tetapi teduh.
Spesies ini dapat ditemukan di tanah, tempat yang lembab, tanah yang berbatu atau bahkan di tepi sungai. Di Coban Rais tumbuhan paku ini dapat di temukan pada tanah yang lembab dekat aliran air yang tempatnya terbuka tetapi teduh.
Sesuai dengan buku yang
ditulis oleh Lembaga Biologi Nasional-LIPI (1979) bahwa paku ini mudah di
peroleh di daerah yang lembab, tetapi terbuka. Jenis ini tumbuh baik di dataran
rendah, kadang-kadang hingga ketinggian 1750 m dpl. Di alam paku jenis ini
ditemukan tersebar luas di daerah Asia tropika hingga polinesia.
3)
Ciri
Khusus
Spesies ini
termasuk paku sejati karena memiliki vernasi bergulung atau ental muda bergulung. Organ inilah yang
membedakan paku sejati dengan paku yang lain.
4)
Daun
Athyrium sp. mempunyai daun yang berupa daun majemuk. Tersusun atas
sekitar 10 pasang daun. Panjang tangkai daun yaitu sekitar 20 cm dan lebar
sekitar 6 cm, bentuk daunnya berupa lancet memanjang, meruncing atau perisai
dengan pertulangan daun yang bercabang-cabang. Daun tersebut ujungnya meruncing
dengan satu berkas pengangkut yang kecil, karangan daun ke bawah berlekatan
dengan suatu sarung yang menyelubungi batang. Banyaknya daun tergantung
daripada besarnya batang.
Menurut Sastrapraja (2007)
bahwa Athyrium sp. memiliki tekstur dari daun agak kaku, tepi daun
bergerigi, ujung daun meruncing, pangkal daun berlekuk, permukaan daun alus,
pertulangan daun menyirip yang ujungnya sampai pada tepi anak daun dan berwarna
hijau gelap. Athyrium
sp. memiliki ental yang cukup banyak
yang panjangnya mencapai 1,2 m lebih. Ental yang muda ditutupi oleh sisik
berwarna coklat muda.
BATANG
Batang dari Athyrium sp. erlihat
tegak dan berkayu, berbentuk bulat, panjang, permukaan kasar, terdapat
rambut-rambut uniseluler yang berwarna coklat muda agak kehitaman dan mudah
lepas saat disentuh yang melekat pada batangnya. Panjang batang A. ascendens
mencapai 2-3 meter bahkan bisa lebih dengan diameter mencapai sekitar 5cm,
mempunyai percabangan, dan berwarna hitam kecoklatan. Batangnya kebanyakan
bercabang, berkarang dan jelas kelihatan berbuku-buku dan beruas-ruas. Pada
buku-buku batangnya terdapat karangan daun yang hanya menyerupai sisik saja.
AKAR
Menurut Tjitrosoepomo (1998)
bahwa Atryrium sp. memiliki akar serabut.
SORI/SORUS
Pada spesies ini ditemukan
adanya kumpulan spora (sarus) yang terletak di bawah daun, bentuknya beraturan
seperti jala, membentuk seperti huruf V yang berbentuk garis zig-zag dan hampir
membuat bentukan seperti segitiga.
Pada tangkai daun terdapat
bentukan seperti bunga atau biji yang berwarna merah dan berukuran agak besar.
pada ketiak anak daun tumbuh tunas untuk perbanyakan diri (Sastrapraja dalam
Darma, dkk, 2007 ).
Sporangium kebanyakan
terdapat dalam sorus, biasanya sorus dilindungi oleh indusium atau tepi daun
yang melipat. Pada dinding sporangium terdapat annulus, kebanyakan bersifat
homosfor, hanya yang temasuk golongan paku air yang bersifat heterosfor.
Gametofitnya bersifat eksosporik.
MANFAAT Athyrium sp.
Athyrium sp. memiliki fungsi sebagai bahan sayur-sayuran, sebagai
tanaman hias. Tetapi, sebagian besar paku ini berfungsi sebagai sayur-sayuran
oleh karena itu paku ini disebut sebagai paku sayur dan sebagai pengatur siklus
udara.
4. Pteridium aquilinum
Kingdom Plantae
Divisio Polypodiophyta
Classis Filicopsida
Ordo Polypodiales
Familia Dennstaedtiaceae
Genus Pteridium
Species Pteridium aquilinum (linn) Kuhn
Habitat
Secara
umum, Pteridium aquilinum merupakan tanaman terestrial atau batu. Jenis
paku ini hidup di tempat-tempat terbuka dan tanah yang kering sangat
disenanginya. Bahkan jenis ini juga tumbuh pada batu-batuan di sekitar kawah
atau pada tepi sungai dan menyukai kelembapan, banyak dijumpai tumbuh
ditebing-tebing atau menempel pada batang paku tiang, teutama yang sudah mati.
Di tanah liat atau tanah berbatu yang berpasir. Tamannya jarang tumbuh
berkelompok, melainkan lebih umum dijumpai bersama-sama terna serta rumput
lainnya. Rimpangnya menjalar pada permukaan batuan dan akar-akarnya masuk ke
celah-celah batu ( Suryana.2009).
Perawakan (habitus)
Tumbuhan
paku ini merupakan tumbuhan herba atau agak berkayu.
Akar
Akar paku ini adalah serabut yang
tidak bercabang atau monopodial. Terletak pada seluruh permukaan rimpang,
bentuk akar tipis dan kasar berwarna coklat.
Batang
Jenis
paku ini berbatang pendek, yang tumbuh tegak. Bentuk batangnya bulat
simetridorsiventral dan tumbuh tegak memanjang. Tangkai entalnya licin ada yang
berwarna ungu gelap kehitaman, mengkilap, memanjang, menyamping keseluruhan.
Permukaan
batang terdapat ramenta yaitu bentukan seperti rambut atau sisik yang halus ada
yang berwarna hitam, coklat kehitaman, merah kecoklatan, kuning kecoklatan,
kuning dan kadang-kadang putih (tergantung jenisnya) yang terdapat pada rimpang
atau sering pula pada tangkai daun, tulang dan urat daun. Ramenta mudah lepas
sehingga pada masa tua tidak terdapat sama sekali (Wirakusuma.2003)..
Rimpangnya
juga pendek sekali, sehingga ental-entalnya membentuk rumpun kecil. Pada bagian
pangkal tangkai entalnya tumbuh bulu-bulu, glabrous atau bersisik distal,
dengan 1 (biasanya 2 atau lebih) bundel vaskuler. Entalnya tersusun oleh
anak-anak ganda.
Daun
Berdasarkan tulang daunnya, paku ini
mempunyai tulang daun dengan system percabangan terbuka. Helaian daun membujur
panjang yang berbentuk pisau pembedah, berjumlah 1 – 4 menyirip, merupakan
rumput-rumputan kasar, abxial dan adaxial glabrous atau kadang-kadang bersisik,
adaxial tumpul, tulang punggung lurus. Segmen-segmen terakhir dari helaian
tangkai sessile pendek, linear membujur-berbentuk pisau pembedah, lebar 1,5-8
mm, bagian dasar menyempit atau yang membatasi dengan tangkai.
Daun berwarna hijau, pada bidang
yang menyamping membentuk indusia palsu yang merata, indusium palsu merupakan
perkembangan dari epidermis daun, tetapi terbentuk dari tepi daun yang melekuk.
Indusia palsu terdapat pada daun yang masih muda.
Reproduksi
Reproduksi tumbuhan paku lebih rumit
jika dibandingkan dengan tumbuhan berpembuluh lainnya. Proses reproduksi hanya
akan terjadi jika cukup kandungan air di lingkungan hidupnya sampai proses
reproduksi selesai. Akibatnya tumbuhan paku tidak akan bereproduksi jika kadar
air di lingkungannya kurang.
Pteridium aquilinum
merupakan pakis homospor yang mempunyai tipe gametofit yaitu tipe jantung, tipe
gametofit ini yang paling umum. Protaliumnya berbentuk pipih, alat kelamin
(gametangium) terletak pada permukaan ventral (bawah), arkegonium biasanya
terletak didekat takik, anteridium umumnya terletak di antara rizoid.
Tidak semua daun pada Pteridium
aquilinum memiliki sorus (sori), daun paku yang memiliki sorus merupakan
daun fertil yang disebut daun sporofil, jika daun sporofil (daun fertil)
diletakkan di atas permukaan kertas polos, maka bentuk spora akan terlihat
seperti serbuk bedak berwarna hitam, ciklat, kemerahan, kuning atau hijau
tergantung jenis tumbuhan pakunya. Masing-masing spora akan tumbuh menjadi paku
dewasa melalui proses yang kompleks, dan daun paku yang tidak memiliki sorus
disebut daun steril (yannuwidi.1998).
Menurut
fungsinya tumbuhan paku ini terbagi menjadi 2 macam yaitu :
1. Daun tropofil (daun steril) atau tidak terdapat
spora. Daun ini banyak mengandung klorofil dan banyak dimanfaatkan hanya untuk
proses fotosintesis.
2. Daun sporofil (daun fertile) yang fungsi
utamanya adalah menghasilkan sporangium. juga berfungsi sebagai organ untuk
fotosintesis dan merupakan daun monomorfik, berkumpul atau berdekatan,
berukuran 1-20 dm. Sorus dilindungi oleh indusium palsu yaitu pelindung yang
terjadi karena pelipatan tepi daun.
Sorinya tersebar dipermukaan
daunnya, sepanjang uratnya dan membentuk barisan yang tidak tertutup. Pada
jenis Pteridium aquilinum tertentu sorinya berwarna kuning emas, dan
karena hampir seluruh permukaan bawah tertutup oleh sori, maka warnannya
menjadi kuning emas. Warna dari sporanya bermacam-macam tergantung jenisnya
diantaranya yaitu cokelat, trilete, tetrahedral, rugate dan tuberculate,
biasanya dengan tonjolan yang mengarah ke pinggi. Sporangia intramarginal, sori
biasanya saling bersinambungan atau saling melekat satu sama lain kecuali pada
segmen pinna atau puncak dan sinus, terdapat paraphyses.
Gametofit berukuran sangat kecil
hanya setengah inchi dan dapat diamati dengan menggunakan alat pembesar seperti
mikroskop. Gametofit memiliki dua set organ reproduksi, antheridium (jantan)
dan archegonium (betina). Antheridium berisi sperma sedangkan archegonium
berisi sel telur, masing-masing terletak di permukaan gametofitnya. Sperma akan
bergerak kearah sel telur jika lingkungan sekitar dalam keadaan lembab
(Suryana.2009).
Daur hidup paku Pteridium
aquilinum (homospor)
:
Spora yang jatuh
ditempat sesuai akan tumbuh menjadi badan berbentuk lembaran yang disebut
prothalium atau gametofit. Spora layaknya biji pada tanaman tingkat tinggi.
Biji yang tumbuh menjadi menjadi tanaman dewasa, sedangkan spora tumbuh menjadi
prothalium atau gametofit (Suryana. 2009).
Ketika sperma bertemu dengan sel
telur terjadi penggabungan materi genetik dihasilkan sel dengan materi genetik
yang lengkap. Sel gabungan ini (zigot) merupakan awal dari pertumbuhan tanaman
paku. Zigot ini terletak di dalam dan dilindungi oleh struktur gametofit,
selanjutnya akan tumbuh menjadi sporofit atau paku dewasa ( Suryana. 2009).
Tumbuhan paku memiliki dua bentuk
tubuh yaitu bentuk gametofit (n), dan bentuk sporofit (2n). Reproduksi terjadi
dengan cara pergiliran keturunan sporofit dengan keturunan gametofit yang
dikenal dengan istilag metagenesis (Suyana. 2009).
Ciri
generasi gametofit:
1. Spora
yang jatuh di tempat yang lembab akan tumbuh menjadi prothalium.
2. Prothalium
merupakan lembaran yang berbentuk hati, pada permukaan bawah terdapat rhizoid,
permukaan atas terdapat gamet (antheridia dan archegonia)
Manfaat
Sebagai tanaman hias, abu pakis ini digunakan sebagai
sumber kalium, rimpang digunakan sebagai penyaman kulit, pakis secara komersial
dignakan untuk makanan dan obat herbal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar