Sabtu, 30 Juni 2012

PENGAMATAN TUMBUHAN BAKU DI DAERAH COBAN RAIS




1.    Davallia sp. 
Kingdom  Plantae
Divisio      Polypodiophyta
Classis    Polypodiopsida
Ordo        Polypodiales
Familia     Polypodiceae
Genus      Davallia
Species    Davallia sp.

Davallia sp. termasuk jenis paku yang umumnya menumpang pada tumbuhan lain. Meskipun demikian tidak berarti tumbuhnya hanya menumpang saja. Paku ini dapat pula tumbuh pada tanah-tanah cadas, karang atau batu-batu. Biasanya banyak dijumpai tumbuh pada batang jenis palem. Tumbuh bersama-sama dengan paku cecerenean, paku sarang burung atau jenis-jenis paku lainnya. Penyebaran meliputi Asia tropika, Polinesia dan Australia. Tumbuh pada dataran rendah terutama pada daerah-daerah disekitar pantai.
Pada pengamatan ini, Davallia sp. ini ditemukan di daerah Coban Rais. Pengamatan ini dilakukan di daerah Coban Rais pada hari Minggu, 11 Maret 2012. Davallia sp. merupakan salah satu genus dari 40 jenis pakis. Davallia sp. merupakan tumbuhan epifit yang memiliki perawakan herba. Tumbuhnya merumpun tetapi ukurannya kecil. Bila dilihat secara langsung, maka tumbuhan ini mempunyai ciri-ciri antara lain rimpangnya kuat,dan ketika masih muda tertutupi oleh sisik, serta daunnya berbentuk segitiga dan kaku, tepinya bergerigi, dan permukaanya mengkilat sehingga mudah dilihat. Daunnya berwarna hijau muda sampai hijau tua. Daun yang masih muda menggulung. Menurut Tjitrosoepomo (2009), daunnya menyirip ganda dua atau lebih dengan urat-urat yang bebas. Rimpang merayap dengan ruas-ruas yang panjang, bersisik rapat dan sisiknya berwarna pirang.
Davallia sp. mempunyai batang yang berbentuk rimpang. Tangkai atau batangnya berwarna coklat kehitaman teruntai halus dengan ukuran ± 0.2 cm dengan percabangan monopodial. Rimpangnya merayap dan memperlihatkan batang yang nyata. Spesies ini merupakan epifit dan termasuk paku tanah yang isospor. Rimpangnya kuat, berdaging kuat, berdaging dan agak menjalar. Bila tumbuhan ini masih muda, rimpang-rimpangnya ditutupi oleh sisik-sisik yang padat, warnanya coklat terang.
Selain batang dan daun, yang dapat dilihat secara nyata yaitu, tumbuhan ini mempunyai ental. Ental berbentuk panjang dan berjumbai serta menyirip. Pada tangkai ental ini berwarna coklat gelap dan mengkilap. Mempunyai indusium berbentuk corong. Smith (1793:157) menyebutnya dengan indusium. Indusium ini berada pada bagian dasar dan berbentuk seperti cagkir.
Entalnya berjumbai, panjangnya sampai 1m. Bentuk ental tersebut segitiga, menyirip ganda tiga atau empat. Tangkainya bewarna coklat gelap, mengkilat. Indusium berbentuk hampir menyerupai corong. Panjang dan lebarnya ± 1 mm. Perbanyakan melalui rimpang. Secara seksual spora dapat digunakan untuk memperbanyak diri.
Menurut Mustofa (2009), Davallia sp. mempunyai rimpang yang kuat, berdaging kuat, berdaging dan agak menjalar. Bila tumbuhan ini masih muda, rimpang-rimpangnya ditutupi oleh sisik-sisik yang padat, warnanya coklat terang. Entalnya berumbai, panjangnya sampai 1 m. Bentuk ental tersebut segitiga, menyirip ganda tiga atau empat. Tangkainya bewarna coklat gelap, mengkilat. Helaian daunnya berbentuk segitiga dengan tepi yang beringgit. Daun-daun ini kaku dan kuat. Permukaan daunnya licin mengkilat, sehingga mudah sekali terlihat dengan jelas. Indusium berbentuk hampir menyerupai setengah lingkaran. Panjang dan lebarnya ± 1 mm. Perbanyakan melalui rimpang. Secara seksual spora dapat digunakan untuk memperbanyak diri.
Dari pengamatan mengenai davallia ini dapat disimpulkan bahwa ciri morfologinya adalah rimpang panjang-merayap, biasanya tebal, bersisik padat dengan peltate atau sisik berbentuk hati. Stipe telanjang, diartikulasikan ke rimpang. Lamina daun pada spesies Thailand halus dibedah, biasanya deltoid, seperti kulit untuk chartaceous, hijau, gundul. Sori, terletak di akhir uratnya, biasanya dekat dengan margin, indusium berada di bagian dasar dan berbentuk cangkir (Iwatsuki. 1985:157)
Davallia sp. mempunyai ciri rimpang yang panjang-merayap, berdiameter sekitar 3mm,rimpang ditutupi dengan sisik, permukaan berlilin, kurang lebih bersisik paten, secara bertahap mengalami penyempitan dari dasar menuju puncak,mempunyai luas sekitar 0.8mm sampai 5mm, berwarna coklat atau merah kecoklatan, sisik berada di pinggir. Stipe berwarna  coklat sampai coklat pucat, berbentuk silinder, gundul, hingga 20 cm. Lamina sempit subdeltoid, secara bertahap penyempitan dari dasar luas cuneate ke puncak, dengan panjang 5 cm sampai 10 cm. Sori kecil dan terletak di tepi cuping. Mempunyai Indusium dengan panjang dan lebar sekitar 0,3 mm. 
Davallia sp. mempunyai bentuk yang cukup menarik sehingga banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias, dapat digunakan sebagai unsur pendukung dalam karangan bunga. Selain itu tumbuhan ini dapat ditanam ditempat-tempat yang terlindung maupun tempat-tempat yang terbuka. Dalam suatu penelitian, telah diketahui bahwa tanaman ini mengandung asam hidrosianik.

2.  Adiantum caudatum L. 
Kingdom   Plantae
Subkingdom  Tracheobionta
Division   Pteridophyta
Class  Filicopsida
Subclass  Polypoditae
Order  Polypodiales
Family  Pteridaceae
Genus  Adiantum
Species  Adiantum caudatum L.
Tumbuhan paku merupakan  tumbuhan berkormus yang paling sederhana. Terdapat lapisan pelindung sel (jaket steril) di sekeliling organ reproduksi, sistem transport internal, hidup di tempat yang lembab. Akar serabut berupa rhizoma, ujung akar di lindungi kaliptra. Sel-sel akar membentuk epidermis, korteks, dan silinder pusat (terdapat xylem dan floem) (Darma, 2007).
Adiantum caudatum termasuk Family Adiantaceae. Jenis ini merupakan jenis paku yang sering di sebut dengan nama suplir berekor, karena pada setiap ujung entalnya pasti mempunyai bagian yang menyerupai ekor (Darma,2007).
Suplir adalah sebutan awam bagi segolongan tumbuhan yang termasuk dalam Genus Adiantum , Family Adiantaceae. Sebagai tumbuhan paku-pakuan, suplir tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya (Darma,2007).
Tumbuhnya cepat dan anaknya banyak. Jenis ini di alam terbuka banyak di temukan tumbuh di tepi-tepi sungai, tebing-tebing dengan kondisi tanah cadas dan batu-batu kapur yang mempunyai perairan yang baik adalah tempat-tempat yang sangat disukainya dengan ketinggian tempat mulai dari 100-600 m diatas permukaan laut (Wangngameti,2009).
Adiantum caudatum hidup di tanah, hampir semua paku-pakuan adalah herba atau tegak berkayu. Letak akar tumbuhan paku bermacam-macam, pada Adiantum caudatum akarnya serabut, tumbuh dari rhizoma yang pakalnya rimpang, tegak dan berwarna coklat. Semua batang paku-pakuan kerap berupa rimpang karena umumnya arah tumbuhnya menjalau atau memanjat. Arah batang ke atas kemudian melengkung ke arah samping. Ketinggian tanaman mencapai 15-80 cm bentuk batangnya bulat panjang, permukaan batangnya halus, ukurannya berdiameter 1 mm, warna coklat dan percabangan monopodial (Wangngameti, 2009).
Jenis daun pada Adiantum caudatum adalah majemuk, tulang daunnya menyirip atau sporofil (daun fertil) yang fungsi utamanya adalah menghasilkan sporangium. Biasanya hampir semua sporofil juga berfungsi sebagai organ untuk fotosintesis. Adiantum caudatum termasuk paku homospora atau menghasilkan satu jenis spora saja (Wangngameti, 2009).
Ciri-ciri dari tanaman paku ini adalah mempunyai rimpang-rimpang yang pendek, sehingga anaknya tumbuh bergerombol membentuk rumpun seolah-olah menjadi satu. Rumpun ini tumbuhnya tegak dan bersisik banyak serta panjangnya sampai 5 mm. Tangkai bagian bawahnya berbulu rapat dan mengkilat. Panjang entalnya 12-30 cm, bersirip sederhana dengan anak-anak daun yang letaknya agak berlawanan. Semakin ke atas sirip-sirip ini semakin mengecil. Ukuran daun yang besar umumnya mencapai panjang 1,5 cm dan lebar 6 mm. Tepi daun bagian bawahnya rata dan agak melengkung, tetapi bagian atasnya berlekuku-lekuk membentuk sudut ke arah pangkalnya. Tekstur daun tipis tetapi agak kaku, pada kedua permukaannya terdapat bulu-bulu. Indusial letaknya di tepi daun bagian bawah, bentuknya bulat atau lonjong dan berbulu (Tjitrosoepomo, 1998).
Jenis suplir ini selain bagus di tanam di pot-pot juga dapat di manfaatkan pada taman-taman kota atau pada areal tepi kolam yang tanahnya tidak terlalu basah. Habitusnya semak , semusim tinggi 1,3 m (Tjitrosoepomo, 1998).
Dari segi ekologis tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada daerah mulai dataran rendah sampai dataran tinggi atau pegunungan dengan kondisi tanahnya gembur berkompos. Akan tetapi suplir ini tidak tahan terhadap air yang banyak dan tidak toleran terhadap sinar matahari secara langsung (Tjitrosoepomo, 1998).
Suplir memiliki penampilan yang jelas berbeda dari jenis paku-paku lain. Daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat. Sorus merupakan kluster-kluster di sisi bawah daun pada bagian tepi. Spora terlindungi oleh sporangium yang dilindungi oleh indisium. Tangkai entalnya khas, berwarna hitam mengkilap, kadang-kadang bersisik halus ketika dewasa (Wangngameti, 2009).
Daun paku-pakuan mempunyai bentuk yang khas yang berbeda dengan daun tumbuh-tumbuhan lain sehingga biasa disebut ental. Ental pada Adiantum caudatum bergulung melingkar, dimana pinula (anak daun) terdapat sorus dan pinna (menyirip) bergerigi, bentuk bangun memanjang, bentuk ujungnya tumpul dan tepinya bergerigi (Tjitrosoepomo, 1998).
Ciri-ciri khusus antara lain (Tjitrosoepomo, 1998):
a.   Terdapat vernasi bergulung
b.   Tidak ada dimorfisme
c.   Tidak ada daun tereduksi
d.   Tidak ada daun sarang
e.   Tidak ada ligula
f.    Tidak ada daun-daun penumpu (stipula)
Sporangium adalah tempat pembentukan spora, adapun perbanyakan generatif dilakukan dengan spora yang terletak pada sisi bawah daun bagian tanaman yang sudah dewasa. Sporangium pada Adiantum caudatum terletak di bawah permukaan daun (dipinggir) teratur. Sorus berada disisi bawah daun pada bagian tepi letaknya tersebar dan teratur dimana dalam satu daun terdapat 4-6 sorus. Warna sporangium mudah berwarna putih dan yang tua berwarna coklat. Spora terlindungi oleh sporangium yang dilindungi oleh indisium. Indisium yaitu membran penutup yang merupakan perkembangan dari epidermis bawah daun. Pada daun Adiantum caudatum bentuk indisiumnya memanjang (Darma, 2007).
Tumbuhan paku bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dengan stolon yang menghasilkan gemma (tunas). Gemma adalah anakan pada tulang daun satu kaki daun yang mengandung spora. Reproduksi seksual (generatif) melalui pembentukan sel kelamin jantan atau spermatozoid dan sel kelamin betina atau ovum. Reproduksi tumbuhan juga menunjukkan adanya  pergiliran keturunan antara generasi gametofit dan generasi sporafit. Pada tumbuhan paku (suplir) generasi sporafit merupakan generasi yang dominan dalam daur hidupnya (Darma, 2007).
Generasi gametofit dihasilkan oleh reproduksi seksual dengan spora. Spora dihasilkan oleh pembelahan sel induk spora yang terjadi di dalam sporangium. Sporangium terdapat pada sporofit yang terletak di daun atau batang. Spora haploid (n) yang di hasilkan di terbangkan oleh angindan jika sampai di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi gametofit yang hapoloid (n). Arkegonium menghasilkan satu ovum haploid dan anteridium menghasilkan banyak spermatozoid berflagel yang haploid (n). Spermatozoid bergerak dengan perantara air menuju ovumpada arkegonium. Spermatozoid kemudian membuahi ovum. Pembuahan ovum oleh spermatozoid di arkegonium menghasilkan zigot yang diploid (2n). Zigot membelah dan tumbuh menjadi (2n) dan embrio tumbuh menjadi sporofit yang diploid (2n) (Darma, 2007).
Tanaman ini tidak memiliki nilai ekonomi penting. Fungsinya yang utama adalah sebagai tanaman hias yang bisa ditanam didalam ruangatau diluar ruang. Suplir sangat suka tanah yang gembur, kaya bahan organik (humus). Pemupuikan dengan kadar nitrogen lebih tinggi disukainya. Pembentukan spora memerlukan tambahan fosfor dan kalium (Tjitrosoepomo, 1998).
Pemeliharaan suplir sebagai tanaman hias harus memperhatikan penyiraman. Kekeringan yang di alami suplir tidak bisa diperbaiki hanya dengan penyiraman karena daun yang kering tidak bisa pulih. Penanganannya adalah dengan membuang seluruh ental yang kering hingga dekat rhizome dan member sedikit media tumbuh tambahan. Dalam waktu beberapa hari tunas akan muncul (Tjitrosoepomo, 1998).
Daun Adiantum caudatum berkhasiat untuk pelancar air seni dan akarnya berkhasiat sebagai obat cacing. Daun Adiantum caudatum mengandung saponin, flavonoida dan tannin dan akarnya mengandung saponin (Wangngameti, 2009). 

3.    Athyrium sp.
Kingdom     Plantae
Divisio        Pteridophyta
Classis       Pteridopsida
Ordo           Polypodiales
Family        Woodsiaceae           
Genus        Athyrium
Species      Athyrium sp.

Tumbuhan paku ini dikenal dengan sebutan paku sayur karena nama lokal dari Athyrium sp. adalah paku sayur
Deskripsi dari tumbuhan Athyrium sp. adalah sebagai berikut:
1)  Habitus
Habitus tumbuhan paku ini adalah memiliki perawakan berupa pohon dan nampak berdaging.
2)  Habitat
Spesies ini dapat ditemukan di tanah, tempat yang lembab, tanah yang berbatu atau bahkan di tepi sungai. Di Coban Rais tumbuhan paku ini dapat di temukan pada tanah yang lembab dekat aliran air yang tempatnya terbuka tetapi teduh.
Sesuai dengan buku yang ditulis oleh Lembaga Biologi Nasional-LIPI (1979) bahwa paku ini mudah di peroleh di daerah yang lembab, tetapi terbuka. Jenis ini tumbuh baik di dataran rendah, kadang-kadang hingga ketinggian 1750 m dpl. Di alam paku jenis ini ditemukan tersebar luas di daerah Asia tropika hingga polinesia.
3)  Ciri Khusus
     Spesies ini termasuk paku sejati karena memiliki vernasi bergulung atau  ental muda bergulung. Organ inilah yang membedakan paku sejati dengan paku yang lain.
4)  Daun
Athyrium sp. mempunyai daun yang berupa daun majemuk. Tersusun atas sekitar 10 pasang daun. Panjang tangkai daun yaitu sekitar 20 cm dan lebar sekitar 6 cm, bentuk daunnya berupa lancet memanjang, meruncing atau perisai dengan pertulangan daun yang bercabang-cabang. Daun tersebut ujungnya meruncing dengan satu berkas pengangkut yang kecil, karangan daun ke bawah berlekatan dengan suatu sarung yang menyelubungi batang. Banyaknya daun tergantung daripada besarnya batang.
Menurut Sastrapraja (2007) bahwa Athyrium sp. memiliki tekstur dari daun agak kaku, tepi daun bergerigi, ujung daun meruncing, pangkal daun berlekuk, permukaan daun alus, pertulangan daun menyirip yang ujungnya sampai pada tepi anak daun dan berwarna hijau gelap. Athyrium sp. memiliki ental yang cukup banyak yang panjangnya mencapai 1,2 m lebih. Ental yang muda ditutupi oleh sisik berwarna coklat muda.
BATANG
Batang dari Athyrium sp. erlihat tegak dan berkayu, berbentuk bulat, panjang, permukaan kasar, terdapat rambut-rambut uniseluler yang berwarna coklat muda agak kehitaman dan mudah lepas saat disentuh yang melekat pada batangnya. Panjang batang A. ascendens mencapai 2-3 meter bahkan bisa lebih dengan diameter mencapai sekitar 5cm, mempunyai percabangan, dan berwarna hitam kecoklatan. Batangnya kebanyakan bercabang, berkarang dan jelas kelihatan berbuku-buku dan beruas-ruas. Pada buku-buku batangnya terdapat karangan daun yang hanya menyerupai sisik saja.
AKAR
Menurut Tjitrosoepomo (1998) bahwa Atryrium sp. memiliki akar serabut.
SORI/SORUS
Pada spesies ini ditemukan adanya kumpulan spora (sarus) yang terletak di bawah daun, bentuknya beraturan seperti jala, membentuk seperti huruf V yang berbentuk garis zig-zag dan hampir membuat bentukan seperti segitiga.
Pada tangkai daun terdapat bentukan seperti bunga atau biji yang berwarna merah dan berukuran agak besar. pada ketiak anak daun tumbuh tunas untuk perbanyakan diri (Sastrapraja dalam Darma, dkk, 2007 ).
Sporangium kebanyakan terdapat dalam sorus, biasanya sorus dilindungi oleh indusium atau tepi daun yang melipat. Pada dinding sporangium terdapat annulus, kebanyakan bersifat homosfor, hanya yang temasuk golongan paku air yang bersifat heterosfor. Gametofitnya bersifat eksosporik.
MANFAAT Athyrium sp.
Athyrium sp. memiliki fungsi sebagai bahan sayur-sayuran, sebagai tanaman hias. Tetapi, sebagian besar paku ini berfungsi sebagai sayur-sayuran oleh karena itu paku ini disebut sebagai paku sayur dan sebagai pengatur siklus udara.

4.    Pteridium aquilinum 
  Kingdom     Plantae
      Divisio         Polypodiophyta
          Classis         Filicopsida
Ordo             Polypodiales
                 Familia            Dennstaedtiaceae
                     Genus             Pteridium
                           Species         Pteridium aquilinum (linn) Kuhn

Habitat
Secara umum, Pteridium aquilinum merupakan tanaman terestrial atau batu. Jenis paku ini hidup di tempat-tempat terbuka dan tanah yang kering sangat disenanginya. Bahkan jenis ini juga tumbuh pada batu-batuan di sekitar kawah atau pada tepi sungai dan menyukai kelembapan, banyak dijumpai tumbuh ditebing-tebing atau menempel pada batang paku tiang, teutama yang sudah mati. Di tanah liat atau tanah berbatu yang berpasir. Tamannya jarang tumbuh berkelompok, melainkan lebih umum dijumpai bersama-sama terna serta rumput lainnya. Rimpangnya menjalar pada permukaan batuan dan akar-akarnya masuk ke celah-celah batu ( Suryana.2009).
Perawakan (habitus)
Tumbuhan paku ini merupakan tumbuhan herba atau agak berkayu.
Akar
Akar paku ini adalah serabut yang tidak bercabang atau monopodial. Terletak pada seluruh permukaan rimpang, bentuk akar tipis dan kasar berwarna coklat.
Batang
Jenis paku ini berbatang pendek, yang tumbuh tegak. Bentuk batangnya bulat simetridorsiventral dan tumbuh tegak memanjang. Tangkai entalnya licin ada yang berwarna ungu gelap kehitaman, mengkilap, memanjang, menyamping keseluruhan.
Permukaan batang terdapat ramenta yaitu bentukan seperti rambut atau sisik yang halus ada yang berwarna hitam, coklat kehitaman, merah kecoklatan, kuning kecoklatan, kuning dan kadang-kadang putih (tergantung jenisnya) yang terdapat pada rimpang atau sering pula pada tangkai daun, tulang dan urat daun. Ramenta mudah lepas sehingga pada masa tua tidak terdapat sama sekali (Wirakusuma.2003)..
Rimpangnya juga pendek sekali, sehingga ental-entalnya membentuk rumpun kecil. Pada bagian pangkal tangkai entalnya tumbuh bulu-bulu, glabrous atau bersisik distal, dengan 1 (biasanya 2 atau lebih) bundel vaskuler. Entalnya tersusun oleh anak-anak ganda.
Daun
Berdasarkan tulang daunnya, paku ini mempunyai tulang daun dengan system percabangan terbuka. Helaian daun membujur panjang yang berbentuk pisau pembedah, berjumlah 1 – 4 menyirip, merupakan rumput-rumputan kasar, abxial dan adaxial glabrous atau kadang-kadang bersisik, adaxial tumpul, tulang punggung lurus. Segmen-segmen terakhir dari helaian tangkai sessile pendek, linear membujur-berbentuk pisau pembedah, lebar 1,5-8 mm, bagian dasar menyempit atau yang membatasi dengan tangkai.
Daun berwarna hijau, pada bidang yang menyamping membentuk indusia palsu yang merata, indusium palsu merupakan perkembangan dari epidermis daun, tetapi terbentuk dari tepi daun yang melekuk. Indusia palsu terdapat pada daun yang masih muda.
Reproduksi
Reproduksi tumbuhan paku lebih rumit jika dibandingkan dengan tumbuhan berpembuluh lainnya. Proses reproduksi hanya akan terjadi jika cukup kandungan air di lingkungan hidupnya sampai proses reproduksi selesai. Akibatnya tumbuhan paku tidak akan bereproduksi jika kadar air di lingkungannya kurang.
Pteridium aquilinum merupakan pakis homospor yang mempunyai tipe gametofit yaitu tipe jantung, tipe gametofit ini yang paling umum. Protaliumnya berbentuk pipih, alat kelamin (gametangium) terletak pada permukaan ventral (bawah), arkegonium biasanya terletak didekat takik, anteridium umumnya terletak di antara rizoid.
Tidak semua daun pada Pteridium aquilinum memiliki sorus (sori), daun paku yang memiliki sorus merupakan daun fertil yang disebut daun sporofil, jika daun sporofil (daun fertil) diletakkan di atas permukaan kertas polos, maka bentuk spora akan terlihat seperti serbuk bedak berwarna hitam, ciklat, kemerahan, kuning atau hijau tergantung jenis tumbuhan pakunya. Masing-masing spora akan tumbuh menjadi paku dewasa melalui proses yang kompleks, dan daun paku yang tidak memiliki sorus disebut daun steril (yannuwidi.1998).
Menurut fungsinya tumbuhan paku ini terbagi menjadi 2 macam yaitu :
1. Daun tropofil (daun steril) atau tidak terdapat spora. Daun ini banyak mengandung klorofil dan banyak dimanfaatkan hanya untuk proses fotosintesis.
2. Daun sporofil (daun fertile) yang fungsi utamanya adalah menghasilkan sporangium. juga berfungsi sebagai organ untuk fotosintesis dan merupakan daun monomorfik, berkumpul atau berdekatan, berukuran 1-20 dm. Sorus dilindungi oleh indusium palsu yaitu pelindung yang terjadi karena pelipatan tepi daun.
Sorinya tersebar dipermukaan daunnya, sepanjang uratnya dan membentuk barisan yang tidak tertutup. Pada jenis Pteridium aquilinum tertentu sorinya berwarna kuning emas, dan karena hampir seluruh permukaan bawah tertutup oleh sori, maka warnannya menjadi kuning emas. Warna dari sporanya bermacam-macam tergantung jenisnya diantaranya yaitu cokelat, trilete, tetrahedral, rugate dan tuberculate, biasanya dengan tonjolan yang mengarah ke pinggi. Sporangia intramarginal, sori biasanya saling bersinambungan atau saling melekat satu sama lain kecuali pada segmen pinna atau puncak dan sinus, terdapat paraphyses.
Gametofit berukuran sangat kecil hanya setengah inchi dan dapat diamati dengan menggunakan alat pembesar seperti mikroskop. Gametofit memiliki dua set organ reproduksi, antheridium (jantan) dan archegonium (betina). Antheridium berisi sperma sedangkan archegonium berisi sel telur, masing-masing terletak di permukaan gametofitnya. Sperma akan bergerak kearah sel telur jika lingkungan sekitar dalam keadaan lembab (Suryana.2009).



Daur hidup paku Pteridium aquilinum (homospor) :
Spora yang jatuh ditempat sesuai akan tumbuh menjadi badan berbentuk lembaran yang disebut prothalium atau gametofit. Spora layaknya biji pada tanaman tingkat tinggi. Biji yang tumbuh menjadi menjadi tanaman dewasa, sedangkan spora tumbuh menjadi prothalium atau gametofit (Suryana. 2009).
Ketika sperma bertemu dengan sel telur terjadi penggabungan materi genetik dihasilkan sel dengan materi genetik yang lengkap. Sel gabungan ini (zigot) merupakan awal dari pertumbuhan tanaman paku. Zigot ini terletak di dalam dan dilindungi oleh struktur gametofit, selanjutnya akan tumbuh menjadi sporofit atau paku dewasa ( Suryana. 2009).
Tumbuhan paku memiliki dua bentuk tubuh yaitu bentuk gametofit (n), dan bentuk sporofit (2n). Reproduksi terjadi dengan cara pergiliran keturunan sporofit dengan keturunan gametofit yang dikenal dengan istilag metagenesis (Suyana. 2009).
Ciri generasi gametofit:
1.   Spora yang jatuh di tempat yang lembab akan tumbuh menjadi prothalium.
2.  Prothalium merupakan lembaran yang berbentuk hati, pada permukaan bawah terdapat rhizoid, permukaan atas terdapat gamet (antheridia dan archegonia)
Manfaat
Sebagai tanaman hias, abu pakis ini digunakan sebagai sumber kalium, rimpang digunakan sebagai penyaman kulit, pakis secara komersial dignakan untuk makanan dan obat herbal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar